MANOKWARI – Lembaga Missi Reclassering Republik Indonesia (LMR-RI) Papua Barat, menggelar doa bersama dan penyalaan 1000 lilin, di Tugu Ishak Samuel Kijne, Jl. Baru Esau Sesa, Minggu (1/9) pukul 19.00 WIT.
Aksi ini sebagai wujud penolakan terhadap segala bentuk tindakan rasisme, intimidasi, dan aksi anarkis yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggung jawab, hingga menyebabkan kekacauan dan ketidakharmonisan ditengah masyarakat.
Aksi spontan itu diawali dengan doa bersama, dan lantunan lagu Indonesia Raya, serta lagu Tanah Papua.
Ketua LMR-RI Papua Barat, mengatakan bahwa ini merupakan aksi yang bersifat seruan terhadap situasional yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.
Dengan penyalaan 1000 lilin, sebagai lambang terang bagi Indonesia dalam hal ini pemerintah dan pihak Kepolisian, untuk penegakan hukum bagi oknum yang telah melakukan rasisme, intimidasi, dan aksi anarkis, serta penyebar isu hoax.
“Aksi ini menunjukan sikap kita, bagaimana kondusifnya daerah Manokwari dalam bingkai kebersamaan bagi NKRI. Kemudian lilin ini selain melambangkan terang, juga sebagai sein bagi pemerintah dan aparat dalam proses penegakan hokum,” jelas Yance Kwando.
Dia lalu berpesan kepada seluruh masyarakat yang ada di Papua dan Papua Barat, agar tidak terpancing dengan isu-isu provokasi.
Selain itu juga, masyarakat diharapkan tidak terlibat ataupun melakukan aksi-aksi anarkis yang melawan hukum, seperti yang terjadi beberap waktu lalu.
Hal itu menurutnya sangat berdampak pada masa depan generasi bangsa, khususnya kaum muda Papua.
“Tidak perlu lagi masyarakat menanggapi isu-isu yang berkembang untuk terlibat di dalamnya. Jangan lagi tertipu untuk lakukan aksi anarkis seperti hari-hari yang lalu, karena anak-anak kita tidak dapat mengeyam pendidikan,” serunya.
Aksi penyalaan 1000 lilin untuk Indonesia ini, sebelumnya di lakukan pembacaan pernyataan sikap oleh Ketua LMR-RI, Yance Kwando. (SM3)