Mengenal Sistem Keuangan di Indonesia, Jurnalis Papua Barat dan Papua Barat Daya Kunjungi Museum Bank Indonesia

Deputi Kepala Perwakilan BI Papua Barat Arif Rahadian (kemeja putih) bersama jurnalis Papua Barat saat di Museum Bank Indonesia.

JAKARTA – Dua belas jurnalis dari Papua Barat dan Papua Barat Daya diajak Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Papua Barat mengunjungi Museum Bank Indonesia untuk mengenal sistem keuangan di Indonesia, Kamis (9/10/2025).

Para jurnalis yang terdiri dari media online dan media cetak bersama Kepala Deputi BI Papua Barat, Arif Rahadian serta staf diajak mengelilingi areal museum oleh pemandu kurang lebih 2 jam. Kunjungan ke Museum Bank Indonesia ini menjadi pengalaman tersendiri karena dapat melihat dan mengetahui sejarah panjang sistem keuangan di Indonesia.

Bacaan Lainnya

Museum Bank Indonesia yang terdiri dari 2 lantai merupakan salah satu tempat bersejarah yang menyimpan banyak informasi penting mengenai sejarah dan perkembangan sistem keuangan di Indonesia. Terletak di Jakarta, museum ini tidak hanya menjadi tempat penyimpanan koleksi uang, tetapi juga memiliki nilai edukatif yang tinggi. Dari museum inilah terekam catatan dan jejak transformasi dari De Javasche Bank hingga menjadi Bank Indonesia yang kita kenal saat ini.

Semua hal tentang sistem keuangan tersaji di lokasi tersebut. Bukan hanya tentang perjalanan panjangnya saja, namun penjelasan tentang bangunan dirincikan secara detail dan mewah oleh pemandu. Sejumlah ornamen tiang penyangga maupun dinding hasil arsitektur sang maestro Eduard Cuypers, memiliki makna tersembunyi.

Gedung yang awalnya berfungsi sebagai kantor De Javasche Bank tersebut diresmikan sebagai Museum BI pada 21 Juli 2009 oleh Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.

Jejak-jejak sejarah panjang itu ikut dipertontonkan dalam film pendek yah diputar langsung di Museum BI. Koleksi di museum ini sangat beragam. Di antaranya koin dari era kerajaan Nusantara, uang kertas pertama Oeang Republik Indonesia (ORI) tahun 1946, hingga Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA) yang diterbitkan pada masa revolusi 1947–1950. ORIDA kala itu digunakan untuk mengatasi keterbatasan ORI sekaligus sebagai bentuk perlawanan terhadap mata uang NICA.

Baca Juga:  Dukung Terwujudnya Papua Cerdas, BI Papua Barat sudah Salurkan Beasiswa kepada 520 Mahasiswa Unipa

Koleksi lain yang menarik adalah Ruang Emas Moneter, tempat dipajang replika emas batangan seberat 13,5 kilogram per batang. Tak ketinggalan, museum juga memamerkan artefak Krisis Moneter 1998, seperti mesin ATM rusak hingga motor bekas dibakar, yang menggambarkan kekacauan ekonomi saat itu.

Seperti halnya, motif hias bunga convolvulus dengan kelopak-kelopak ikal di ujungnya yang memiliki arti, yakni bunga convolvulus melambangkan kerendahan hati. Hiasan bunga diapit oleh volute atau gulungan berbentuk huruf S yang saling membelakangi.

Lalu ada capital memiliki kecenderungan gaya romanesk, bercampur ionic dan corinthia. Terdapat motif hias bunga marigold dalam bentuk ceplok bunga. Bunga marigold merupakan bunga emas sebagai simbol bunda maria pada kepercayaan umat katolik. Capital ini memiliki 4 volute/ gulungan sebagai simbol kekuatan.

Adapun tiket untuk masuk ke Museum Bank Indonesia hanya Rp5.000 untuk pengunjung umum dan bagi siswa yang dapat menunjukan kartu pelajar maka tidak dipungut biaya alias gratis.

Sebelumnya, Sebagai upaya memperkuat literasi ekonomi dan memperdalam pemahaman insan pers terhadap tugas dan fungsi Bank Indonesia, BI Perwakilan Provinsi Papua Barat menyelenggarakan kegiatan Capacity Building bagi 12 jurnalis dari berbagai media di Papua Barat dan Papua Barat Daya.

Diawali dengan pembukaan di Sari Pacific Hotel, Jakarta, Selasa (7/10/2025) kegiatan Capacity Building dibuka langsung Kepala Divisi Relasi Media Massa dan Opinion Maker Departemen Komunikasi Bank Indonesia Dedy Irianto, didampingi Deputi Kepala Perwakilan BI Papua Barat Arif Rahadian.

Usai pembukaan, materi dari narasumber Redaktur kompas.com, Amir Sodikin membahas tentang peran Artificial Intelligence (AI) dalam dunia jurnalistik dimana penerapan AI sangat banyak namun untuk kecerdasan manusia tidak tergantikan. Manusia tetap memegang kendali utama.

Baca Juga:  PETATAS 2025 : Dukungan Bank Indonesia Terhadap Peningkatan Kualitas Petani di Papua Barat

Redaktur Ekonomi Tirto.Id, Dwi Ayuningtyas hadir dengan materi menulis berita ekonomi dimana istilah-istilah dalam ekonomi yang harus dipahami jurnalis agar dalam penulisan dapat tersampaikan dan dimengeri oleh masyarakat.

“Bagaimana membuat masyarakat tertarik dengan berita ekonomi maka media harus memahami istilah infalasi dan yang lain,” ucapnya.

Kegiatan Capacity Building wartawan merupakan agenda tahunan Bank Indonesia Papua Barat bagi wartawan baik Papua Barat maupun Papua Barat Daya. (SM)

Pos terkait