WAISAI, RAJA AMPAT – Sejak diinisiasinya di tahun 2013 silam, teknologi terbaru yang dikembangkan dalam Rumah ikan di Kampusnya di Universitas Hasanuddin (UNHAS), Ir. M. Abduh Ibnu Hajar Ph.D, untuk kali keduanya memasang Project Rumah ikannya di Papua, dimana sebelumnya ia telah memasangnya di Kabupaten Merauke, dan kali ini dipasang di kawasan konservasi perairan daerah Misool, Raja Ampat.
Ibnu, sapaan akrabnya menjelaskan bahwa, kali ini Rumah ikannya merupakan pilot project untuk pemanfaatam potensi perikanan tangkap disebuah kawasan konservasi, dan pertama kalinya di Raja Ampat. Project yang dinamainya ‘Inovech Pohon Rumah Ikan’ ini untuk Raja Ampat, khususnya daerah Misool telah dimodifikasinya agar tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem dan mampu bertahan pada kecepatan arus hingga 18 knot, sehingga relatif aman untuk nelayan melakukan aktivitas memancingnya disekitar Rumah ikan saat musim angin tinggi.
“Terdapat 25 unit yang kami sebut pohon ikan terpasang dalam Rumah ikan ini dalam area seluas 250mX250m, yang setelah dikalkulasi adalah sekitar 125 hektar luasan potensi pemanfaatan perikanan tangkap bagi nelayan Misool dan sekitarnya,” jelas Abduh Ibnu Hajar dihadapan para nelayan Misool saat sosialisasi awal di Aula Kampung Fafanlap, Misool Selatan, Rabu (13/08/2025)
Lanjut Ibnu, lokasi Rumah ikan ini dapat diakses cukup mudah karena merupakan lokasi sentral rute perikanan maupun pariwisata wilayah selatan ini, dengan bergeser sekitar 2 hingga 3 mil laut agar tidak saling mengganggu aktivitas masyarakat Misool. Dan setelah seluruh unit pohon ikan terpasang, membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan agar secara alami akan terbentuk jaring-jaring makanan dan ikan-ikan bernilai ekonomis tinggi yang dapat dimanfaatkan masyarakat nelayan dari sekitar 10 Kampung di Misool, dengan kurang lebih 75 hingga 100 nelayan dapat mengakses Rumah ikan ini.
“Ikan-ikan karang yang bisa dipancing nanti kami perhitungkan dapat yang berukuran 5-9Kg, karena lokasi pohon ikan ini pada kedalaman 45-48m satu unitnya,” jelas Abduh Ibnu Hajar.
Kemudian, Ibnu pun menjelaskan bahwa alat ini harus terus diawasi dan dikelola baik agar hasilnya maksimal. Petugas jaga laut BLUD UPTD KKP Raja Ampat untuk Misool pun dijelaskan akan monitoring rutin sebulan sekali dan akan men-data hasil perikanan yang ditangkap di Rumah ikan ini oleh para nelayan, sehingga ia menghimbau agar ekosistem yang tercipta didalam area 250m×250 sebaiknya tidak menjadi lokasi penangkapan ikan, namun dengan memahami dan berfokus pada ikan-ikan nilai ekonomis tinggi yang datang keluar dan masuk Rumah ikan.
“Berat fondasi penahannya itu sekitar 1,25 Ton, sehingga jika jaring atau nelon nelayan tersangkut, maka tidak dapat diambil kembali,” jelas Abduh Ibnu Hajar. (SM14)