MANOKWARI – Untuk meningkatkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Papua Barat, Bank Indonesia (BI) melakukan pelatihan pencatatan transaksi dan edukasi melalui teknologi yang dikeluarkannya yaitu Quick Response Code Indonesia Standar (Qris).
Dijelaskan Kepala BI Perwakilan Papua Barat, Rut Eka W Trisilowati, terhitung 1 Juni 2021, sistem transaksi perbankan akan dikenakan biaya baik itu cek saldo, transfer antar rekening, namun dengan adanya teknologi Qris yang dikeluarkan BI yang menghimpun seluruh kombinasi dari berbagai jenis QR Code dalam berbagai Penyelenggaraan Jasa Sistem Pembayaran (PJSP), membuat kegiatan jual beli digital dengan menggunakan QR Code menjadi lebih aman, cepat, serta mudah dan akan mempengaruhi maju UMKM di Papua Barat.
“Dengan adanya Qris, tentu akan mempermudah bagi pelaku UMKM dalam melakukan berbagai sistem pembayaran secara teknologi dengan cepat dan aman,” Ungkap Rut Eka W. Trisilowati, Kamis (27/5/2021).
Diakui Rut, sistem pembayaran dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dibidang digital, telah menjadi sarana yang aman dan cepat, sehingga BI melalui Qris, mendorong pelaku UMKM di Papua Barat untuk memahami dan memanfaatkan Qris sebagai sarana penunjang dalam melakukan dan mengembangkan usaha.
“BI tentu punya tanggungjawab moral untuk mengembangkan UMKM di Papua Barat, makanya melalui pelatihan ini, bersama kita bisa memahami apa itu Qris dan bagaimana kita menerapkan dalam melakukan usaha yang sedang dijalani,” katanya.
Lanjut Rut, BI Perwakilan Papua Barat, menginginkan pelaku UMKM di Papua Barat bertumbuh dan berkembang serta bisa mandiri tanpa perlu CSR atau bantuan-bantuan hibah lainya.
“UMKM harus bertumbuh dan berkembang, karena kalau hanya berharap pada bantuan-bantuan dari CSR atau dana hibah, ingat tidak selamanya institusi-institusi yang ada terus menggelontorkan dananya, suatu saat akan dilepas,” ujar Rut.
Kemandirian UMKM dapat dilihat melalui pengelolaan bisnis, keuangan, memanfaatkan teknologi serta pemahaman finansial atau perbankan yang benar dan tepat.
“Ini yang menjadi barometer pertumbuhan para paku UMKM,” tuturnya.
Terkait dengan pelatihan, Rut berharap adanya interaksi aktif sehingga persoalan atau kendala dalam memajukan UMKM dapat diungkapkan dan BI Papua Barat mendapatkan informasi dan masukan yang bisa dijadikan modul bagi pelaku UMKM itu sendiri.
“Yang jadi pelaku usaha tentu lebih memahami secara real kendala atau hambatan dalam memajukan UMKM. Lewat pelatihan ini tentu pada akhirnya kita bisa mendapatkan modul yang tepat dalam mengembangkan UMKM,” tandasnya. (SM13)