Manokwari – Yayasan Barakas Mangun Papua bekerja sama dengan Persekutuan Gereja-Gereja di Papua (PGGP) provinsi Papua Barat menggelar seminar dengan tema “Transformasi Peran Pemuda Gereja dalam Pembangunan Papua Barat Menuju Indonesia Emas”.
Seminar selama dua hari, 12-13 Juli 2024 ini diharapkan membangun kesadaran pemuda gereja untuk bertransformasi menjadi solutions maker atau pembuat solusi untuk problematika pembangunan Papua Barat.
Mewakili Pj Gubernur Papua Barat, Asisten II Sekda Papua Barat, Melkias Werinussa, mengatakan seminar dengan tema ini sangat relevan dengan tantangan pembangunan yang dihadapi saat ini baik di tingkat daerah maupun nasional.
Data BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk Papua Barat saat ini sebanyak 570.800 jiwa, sementara tingkat kemiskinan Papua Barat tahun 2023 tercatat sebesar 20,49 persen.
Artinya, kata dia, masih ada 116.157 orang yang hidup sulit di bawah garis kemiskinan. Bahkan kedalaman kemiskinan menghasilkan kemiskinan ekstrem sebesar 6,43 persen atau sebanyak 7.520 orang yang miskin ekstrem, ditambah lagi anak-anak banyak yang mengalami gagal tumbuh atau stunting akibat kurang gizi sebesar 5% persen atau sebesar 2.582 anak dari 51.648 balita.
“Selain itu, kita masih menghadapi masalah ekonomi bahkan sosial budaya dan kriminal di dengan masyarakat seperti miras, narkoba, begal, dan penjambretan yang sering terjadi. Semua ini harus menjadi catatan kita bersama untuk diselesaikan,” Werinussa, saat membuka seminar tersebut, Jumat (12/7/2024).
Untuk itu, dia berharap melalui seminar tersebur akan membangun kesadaran pemuda gereja untuk bertransformasi menjadi solutions maker atau pembuat solusi untuk problematika pembangunan Papua Barat.
“Jika pemuda gereja bangkit, maka kami yakin akan segera terjadi transformasi pembangunan di Papua Barat, sehingga kita semua siap masuk dalam visi besar indonesia emas,” tandasnya.
Ketua PGGP Papua Barat, Pdt. Daniel Sukan, Mth, mengatakan pemuda adalah tulang punggung gereja. Ketika membangun generasi muda, maka sesungguhnya tidak hanya gereja tetapi bangsa dan negara akan dibangun dengan semua potensi yang ada.
“Saat ini kita menghadapi berbagai masalah sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan yang menjadi tema dalam berbagai sambutan khotbah dan sebagainya. Karena itu, saya sangat percaya bahwa narasumber dengan gagasan yang ada akan membawa kita untuk menjahit satu paradigma baru dalam konsep transformasi peran pemuda gereja,” katanya.
Menurut dia, peran pemuda selama ini tidak salah, namun perlu ditransformasi karena kehadiran gereja tidak hanya ada di dalam lingkup gedung tetapi gereja hadir sesuai pesan ajaran iman kristiani yakni gereja harus menjadi garam dan terang.
Dia mengatakan, gereja tidak bisa memberikan pengaruh bagi dunia kalau hanya ada di dalam tembok, hanya berbicara atau hanya berperan di agama saja.
“Gereja tidak hanya berperan di dalam ruang ibadah tetapi berperan di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, pemerintahan bahkan hari ini seni dan hiburan menjadi satu komunitas di mana banyak generasi ada di sana,” sebutnya.
Untuk itu, dia berharap seminar tersebut mendorong generasi muda gereja untuk berperan di dalam pelayanan yang holistik, tidak hanya pada hubungan vertikal tetapi juga dengan sesama. (SM7)