Sejumlah Insiden Politik Terseret ke Gelaran Piala Dunia 2022

Insiden Politik
Timnas Iran dkabarkan mendapat ancaman dari pemerintah agar tidak berulah jika tidak ingin keluarga mereka dipenjara. (REUTERS)

SUARAMANDIRI.CO – Bukan hanya soal gegap gempita mencari juara dunia sepak bola, sejumlah isu geopolitik yang saat ini tengah terjadi juga terseret ke ajang bergengsi Piala Dunia Qatar 2022.

Setidaknya ada tujuh insiden politik yang terbawa dalam turnamen olahraga empat tahunan ini. Mulai dari dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia oleh tuan rumah Qatar, gerakan kampanye kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), dugaan rasisme, hingga perselisihan antarnegara.

Bacaan Lainnya

Pertama, dugaan pelanggaran HAM. Dugaan pelanggaran HAM terhadap Qatar muncul setelah The Guardian merilis laporan yang mengungkap lebih dari 6.500 buruh migran dari lima negara meninggal di Qatar sejak negara itu ditetapkan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Ribuan buruh itu diduga meninggal dalam proyek infrastruktur terkait Piala Dunia 2022. Data itu dihimpun dari berbagai sumber pemerintahan asal para buruh migran tersebut, yakni India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka.

Kedua, gonjang-ganjing Iran. Gelombang penolakan timnas Iran untuk bertanding di Piala Dunia sempat bergelora usai negara Timur Tengah itu dilanda demo besar-besaran akibat kematian Mahsa Amini, perempuan 22 tahun yang meninggal dunia saat dalam penahanan polisi moral Iran pada September lalu. Amini ditangkap polisi moral setelah dinilai memakai hijab tak sesuai aturan yang berlaku. Banyak negara di dunia meminta Iran dicoret dari pesta bola dunia 2022. Salah satunya adalah Ukraina yang ngotot ingin menggantikan Iran.

Ketiga, Timnas Iran ‘Menentang’ Rezim Khamenei. Terlepas dari desakan agar Iran tak ikut berlaga di Piala Dunia, the Persian Stars itu tetap berlaga di Piala Dunia 2022. Momen langka juga terjadi di laga perdana timnas Iran di Piala Dunia 2022 saat melawan Inggris pekan lalu. Dalam pembukaan laga, timnas Iran menolak menyanyikan lagu kebangsaan. Langkah itu dilakukan Timnas Iran sebagai bentuk penentangan mereka terhadap rezim pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Langkah berani itu dilakukan timnas Iran sebagai simbol dukungan terhadap para pedemo yang memperjuangkan keadilan bagi Mahsa Amini dan perempuan Iran secara menyeluruh. Langkah itu pun membuat Teheran naik pitam. Militer Iran mengancam timnas untuk menyanyikan lagu kebangsaan laga hari ini, Selasa (29/11/2022). Jika tidak, keluarga mereka bakal dipenjara dan disiksa. Ancaman juga berlaku apabila pemain ikut-ikutan dalam protes politik melawan rezim Teheran.

Keempat, Undangan terhadap penceramah kontroversial Zakir Naik juga menjadi persoalan politis dalam Piala Dunia 2022. Kabar Zakir Naik diundang berceramah di Qatar itu sempat membuat Qatar dihujani kritik. Sebab Naik dikenal sebagai pendakwah yang keras dan kerap memicu kontroversi.

Kelima, kampanye LGBT. Kampanye LGBTQ+ terus bergaung selama gelaran Piala Dunia 2022 berlangsung di Qatar. Banyak tim negara-negara Barat yang kekeh mengkampanyekan dan membawa simbol dukungan terhadap kaum LGBTQ+ selama gelaran Piala Dunia berlangsung meski dilarang keras oleh tuan rumah. Qatar secara terbuka memang melarang homoseksualitas di negaranya. Homoseksual diketahui masuk dalam kategori kriminal dengan ancaman penjara hingga tiga tahun di Qatar.

Buntut larangan ini, sejumlah pemain pun, salah satunya timnas Jerman, melakukan aksi tutup mulut saat berfoto jelang kick-off melawan Jepang beberapa waktu lalu. Dukungan terhadap LGBTQ+ ini juga menyeret Timnas Prancis yang didesak Menteri Olahraga Amelie Oudea Castera melakukan kampanye seperti Jerman. Castera diketahui mendesak timnas melakukan kampanye LGBTQ+ di Piala Dunia. Namun para pemain menolak desakan tersebut lantaran tak ingin terlibat masalah politik.

Keenam, isu rasisme juga digaungkan dalam ajang sepak bola bergengsi itu. Isu ini mencuat usai para suporter Qatar mengangkat poster eks pemain timnas Jerman, Mesut Ozil, sambil berpose tutup mulut. Para suporter diduga menyindir timnas Jerman yang juga melakukan pose sama untuk mendukung kampanye LGBTQ+. Mereka menyentil pemain timnas dan official Jerman yang diduga sempat bersikap rasis terhadap Ozil yang merupakan keturunan imigran beragama Muslim.

Ozil dahulu mengaku mengalami intimidasi dan rasialisme karena menyuarakan dukungannya terhadap pergerakan kaum Muslim, mulai dari aksi solidaritas untuk Uighur hingga kedekatannya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dia pun memutuskan mundur dari timnas setelah menjadi sasaran pelecehan rasialisme dan dijadikan kambing hitam kala Jerman tersingkir dari Piala Dunia 2018.

Baca Juga: Drama Jual Beli Serangan Tanpa Kemenangan

Ketujuh, laga Iran vs AS pada Rabu (30/11/2022) dini hari nanti juga turut membawa isu politik dalam gelaran Piala Dunia kali ini menyusul permusuhan sengit antara kedua negara selama ini. Permusuhan Teheran dan Washington makin terlihat setelah Iran melayangkan protesnya kepada Federasi Sepakbola AS melalui FIFA soal pemasangan benderanya yang dinilai tidak sesuai.

Federasi sepak bola Iran pada Minggu (27/11/2022) mengajukan protes ke FIFA setelah US Soccer menghapus lambang di tengah bendera Iran dalam unggahan media sosial. Bendera Iran terdiri dari tiga bagian horizontal berwarna merah putih, dan hijau, serta lambang nama Tuhan di tengahnya. Lambang itulah yang dihapus dari bendera Iran dalam unggahan akun US Soccer di Twitter dan Instagram. (*)

Pos terkait