Banyak Nakes di Rumah Sakit Terpapar Covid, Ini Langkah Pemkab Manokwari Mengisi Kekurangan

Bupati Manokwari, Hermus Indou.

MANOKWARI – Pemkab Manokwari berupaya mengisi kekurangan tenaga kesehatan (nakes) di RSU Manokwari dan RS Pratama Warmare. Upaya pengisian dilakukan karena banyak nakes di kedua rumah sakit tersebut terpapar Covid-19 dan kini menjalani isolasi mandiri maupun dalam perawatan.

Bupati Manokwari, Hermus Indou, mengatakan untuk mengisi krisis akibat banyak nakes terpapar Covid-19, Pemkab Manokwari akan mengoptimalkan nakes dari Sekolah Perawat Kesehatan dan akademi keperawatan guna mengisi kekosongan yang ada. Di samping itu, meminta bantuan nakes-nakes dari Puskesmas-Puskesmas untuk mengisi kekosongan.

Bacaan Lainnya

“Supaya pelayanan di rumah sakit tetap berjalan, dan kemungkinan kita juga mencari untuk bisa mendatangkan nakes dari luar termasuk juga swadaya, kegiatan-kegiatan swadaya dari masyarakat terutama yang bisa membantu untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan, membantu kita di Manokwari, saya kira kita buka kesempatan untuk juga bisa berpartisipasi,” ujar Hermus di Gudang Bulog Cabang Manokwari, Rabu (21/7/2021).

Hermus juga berharap, nakes yang tidak terpapar Covid-19 memberikan pelayanan ekstra guna mengisi kekosongan akibat adanya nakes yang terpapar Covid. Sementara nakes yang terpapar diharapkan terus berusaha dengan kemampuan dan bantuan pemerintah untuk segera sembuh.

Sebelumnya, Plt Direktur RSU Manokwari, dr. Alwan Rimosan, mengatakan sebanyak 40 petugas RSU Manokwari terpapar Covid-19.

“Teman-teman yang positif Covid dengan pemeriksaan PCR di RSU Manokwari ini ada 40 orang, baik tenaga kesehatan maupun tenaga administrasi. Jadi kita mengalami beberapa kendala berat,” ujar dr. Alwan di ruang kerjanya, Rabu (21/7/2021).

Baca Juga:  Jufri, ASN di Manokwari Diamankan Karena Candaan Bawa Bom Dalam Pesawat

Selain di RSU Manokwari, sebanyak 20 petugas RS Pratama Warmare juga positif Covid. Hal itu menganggu pelayanan di rumah sakit tersebut.

“Itu pun mengalami kepincangan juga dalam pelayanan. Jadi saya butuh tenaga yang banyak untuk mengisi ketimpangan atau kekurangan ini,” sebutnya.

Dengan banyaknya petugas yang terpapaar, lanjut dr. Alwan, pelayanan di ruang isolasi pasien Covi-19 berkurang.

“Jumlah tenaga kesehatan yang merawat pasien berkurang. Yang harusnya dalam 1 sift itu 3 orang atau 2 orang, sekarang di ruang bedah itu 1 sift jaga itu hanya 1 orang perawat untuk melayani beberapa pasien. Kurang lebih 8 jam mereka jaga, itu hanya 1 orang di ruangan. Jadi yang kami lakukan adalah mobilisasi atau merotasi dari poli ke bagian -bagian terutama di UGD dan ruang isolasi,” tukasnya. (SM7)

Pos terkait