WAISAI, RAJA AMPAT – Problematika sampah yang sempat menjadi topik utama diskusi dan pembahasan pemerintah daerah, baik di ranah kabupaten Raja Ampat maupun provinsi di Papua Barat Daya, kini mulai ditangani intensif dengan berbagai pendekatan, tentunya dengan melibatkan seluruh stakeholder, baik pemerhati lingkungan dan pariwisata Raja Ampat.
Sejumlah pendekatan telah dirumuskan dan direncanakan untuk segera diaktualisasikan untuk menjaga kelestarian alam Raja Ampat, baik jangka panjang melalui kebijakan dan rencana strategis dan juga jangka pendek seperti aksi bersih laut yang telah dilakukan oleh multipihak di Raja Ampat. Hal ini lebih lanjut telah dibahas dalam pertemuan lintas sektor yang diselenggarakan di Hotel Aston Sorong pada tanggal 15 Januari 2025 dengan beberapa target hasil diskusi, yakni; Raja Ampat No Anchor, Raja Ampat Zero Waste dan Raja Ampat Nyaman Berwisata.
Dan salah satunya, melalui aksi pekan bersih laut, Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksanan Teknis Daerah Kawasan Konservasi di Perairan Kabupaten Raja Ampat sejak hari jumat kemarin telah memulai mengangkat sampah yang bertebaran dan mengapung diatas permukaan laut, dimana lokasi sebelumnya adalah pulau Mioskun dan sekitarnya, kali ini adalah berlokasi di pulau Kri dan sekitarnya, dimana temuan tim monitoring dan jaga laut BLUD UPTD Raja Ampat menemukan beberapa pusaran air dilokasi tersebut yang kerap membuat sampah yang bertebaran terkumpul dibeberapa titik.
Penanggung jawab Pekan Bersih Laut, Koordinator Bidang Komunikasi BLUD UPTD Raja Ampat, Allan F. Ramandey menjelaslan bahwa kegiatan pekan bersih laut ini sebagai tindakan jangka pendek perihal problem sampah di Raja Ampat. Kegiatan ini pun menerima keterlibatan berbagai pihak yang ingin berpartisipasi, sebagaimana kali ini turut serta Konservasi Indonesia (KI) dan perwakilan tim KKN-PPM UGM 2024 periode 4.
“Direncanakan kegiatan ini akan berlangsung selama satu minggu, dan fokus kami adalah sampah plastik,” singkat Allan Ramandey. (SM14)