JAKARTA, – Badan usaha penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Rabu, 1 Februari 2023, kembali melakukan penyesuaian harga BBM non subsidi. Apakah perubahan harga juga akan terjadi pada produk BBM subsidi, khususnya Pertalite (RON 90)?
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan pemerintah masih melihat perkembangan fluktuasi harga minyak mentah dunia.
Menurutnya, harga minyak mentah tak selalu turun, karena kadang ada peningkatan juga.
“Kita lihat terus perkembangan minyak dunia, jadi minyak dunia itu tidak turun juga, naik turun naik turun, sekarang mau naik lagi malahan, jadi coba lihat saja harga minyak dunia,” ungkapnya saat konferensi pers, Senin (31/01/2023).
Dia menyebut, harga keekonomian BBM Pertalite di periode Januari 2023 ini masih di atas harga jual yang dibanderol saat ini Rp 10.000 per liter, yakni sekitar Rp 11.000 per liter, sehingga pemerintah belum menurunkan harga BBM Pertalite.
“Kalau harga (minyak) kemarin agak rendah itu ternyata kalau kita cek masih ada di sekitar Rp 1.000 berapa (selisihnya), dengan harga Pertalite yang saat ini jadi harga keekonomiannya masih tinggi Rp 11 ribu, jadi kita tidak mengubah harga Pertalite, ya disubsidi tadi,” tuturnya.
Dia pun menegaskan, dengan pemerintah masih memberikan subsidi Rp 1.000 per liter, maka pemerintah memutuskan belum melakukan perubahan harga BBM Pertalite.
“Jadi kita belum ubah karena memang kondisinya harga keekonomiannya masih di atas harga Pertalite saat ini yang disubsidi,” ucapnya.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira sempat memperkirakan, melihat kondisi harga minyak mentah dunia saat ini dan juga kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebagai faktor penentu harga BBM, maka ada kecenderungan harga akan mengalami penurunan.
Pada perdagangan Senin (30/1/2023) harga minyak mentah jenis Brent tercatat US$ 84,9 per barel, turun 2,03% dibandingkan posisi sebelumnya. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) anjlok 2,23% ke US$ 77,9 per barel.
Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada 30 Januari 2023 tercatat Rp 14.979 per US$, sudah menguat dibandingkan awal Januari yang masih di atas Rp 15.000 per US$, di mana pada 10 Januari 2023 saja kurs mencapai Rp 15.589 per US$.
“Kalau (BBM) non subsidi perkiraan akan turun karena variabel pembentuk harga keekonomian juga turun. Minyak mentah yang berada di kisaran US$ 80 per barel dan kurs Rupiah yang lebih menguat jadi faktor utama tren harga BBM non subsidi turun pada Februari,” tuturnya.
Perkiraan penurunan harga BBM di Februari ini menurutnya seharusnya tidak hanya terjadi pada harga BBM non subsidi, namun juga pada BBM subsidi, seperti Pertalite dan Solar subsidi.
Baca Juga: Presiden Jokowi Geram, Potensi Sumber Daya Laut Belum Diapa-apakan!
Bhima mengungkapkan hal tersebut dengan menimbang beban subsidi yang turut berkurang karena harga minyak mentah dunia yang turun dan kurs rupiah yang menguat.
Berdasarkan perhitungannya, harga keekonomian BBM Pertalite bisa menyentuh harga Rp 8.000 per liter, sedangkan Solar subsidi di kisaran harga Rp 5.500 per liter.(*)