MANOKWARI – Sejumlah warga Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf) yang tidak lolos seleksi calon ASN formasi tahun 2018 memalang ruas jalan Pegaf-Manokwari. Pemalangan jalan di Gunung Pasir itu sebagai ungkapan kekecewaan warga terhadap hasil seleksi tersebut.
Koordinator aksi pemalangan jalan, Titus Muid, mengatakan, pihaknya tidak akan membuka palang. Jika ingin dibuka, mereka meminta Bupati, Wakil Bupati, dan Sekda, serta pihak BKG Kabupaten Pegaf sendiri yang turun ke lokasi untuk bertemu warga.
Muid menilai hasil seleksi itu bukan ditentukan oleh pemerintah pusat. Sebab, katanya, dalam penyampaian pada saat seleksi, disampaikan bahwa penentuan hasil berdasarkan nilai tertinggi atau berdasarkan perangkingan.
“Kenyataannya terbalik. Yang nilai tertinggi kami dikorbankan. Sedangkan teman-teman nilai di bawah mereka yang lolos. Jadi jelas ini permainan di BKD,” ujarnya.
Muid menegaskan, warga yang tidak lolos seleksi formasi tahun 2018 mendesak Bupati Pegaf segera menemui Menpan dan menyampaikan tidak perlu diadakan seleksi calon ASN formasi tahun 2019 dan 2020. Mereka ynag tidak lolos tinggal mengisi formasi tahun 2019 dan 2020 dan menerima SK.
“Karena kami dikorbankan. Nilai tertinggi kami tidak lolos sedangkan teman-teman nilai di bawah itu mereka yang lolos,” tegasnya.
Dia menyeburkan palang tidak akan buka. Karena itu, masyarakat diminta menahan diri.
“Kami tidak mengizinkan palang dibuka, kecuali Bupati Pegaf menemui mereka secara langsung. Palang juga tidak dibuka sampai ada hasil pembicaraan Bupati Pegaf dan Menpan terkait nasib mereka yang tidak lolos,” sebutnya.
Muid juga menyoroti banyaknya pendatang yang lolos seleksi di Pegaf.
“Kasihan Kabupaten Pegaf ini hadir untuk siapa dulu. Apa kami buka untuk teman-teman dari sana untuk datang mengisinya atau untuk kita di Pegaf. Beberap bulan lagi Otsus akan berakhir. Coba di akhir-akhir begini kita punya kepala daerah bisa tetapkan Otsus ini supaya penerimaan ini kita orang Papua saja yang tembus. Jangan pendatang,” imbuhnya.
Dia menilai banyak anak Arfak yang mampu di jurusan ekonomi dan pemerintahan serta mengantre. Namun, dalam seleksi ASN formasi tahun 2018 banyak diisi oleh pendatang.
“Kenyataannya kita lihat itu macam jurusan ekonomi, pemerintahan, orang Arfak banyak dan masih mengantre, masa sisip pendatang untuk isi peluang dan menutup kesempatan anak-anak Arfak. Memangnya kabupaten ini hadir untuk dorang (mereka) kah? Atau kita anak-anak Arfak. Kalau begini lebih baik kita kembaki gabung di Manokwari. Sama saja kita buka peluang untuk orang lain. Kami mohon pemda tanggapi hal ini,” tukas Muid. (SM7)