Kiat Menuju Kampus Bereputasi, Dosen Universitas Papua Bimbing Mahasiswa Pasca Sarjana di Universitas Harvard Boston – US

Dr. Maria P. Kartika, M.Sc saat melakukan presentasi dan diskusi hasil kajian di depan tim penguji dan civitas akademika di Kampus Harvard University,  Boston, US-14 Mei 2025.

PAPUA BARAT, – Sebagai salah satu perguruan tinggi di Tanah Papua, Universitas Papua terus berbenah diri dalam tridharma  demi meningkatkan reputasi Institusi. Implementasi tridharma pada dasarnya mencakup pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, Tri Dharma Perguruan Tinggi diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi: perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan kata lain, Tri Dharma dapat diartikan sebagai tujuan yang harus dicapai perguruan tinggi dan wajib diterapkan dengan baik. Salah satu bentuk tugas  yang dilakukan oleh dosen yakni mengajar dan membimbing mahasiswa baik dalam dan luar negeri.

Demikian yang sedang dilakukan oleh salah satu oleh dosen Fakultas Kehutanan Universitas Papua, Prof. Dr. Sepus Fatem, M.Sc. Sejak Februari 2024- 2025, saya di undang oleh Direktur program pasca sarjana Harvard  Environmental Policy  and Medical school, Harvard University  untuk terlibat penuh sebagai salah satu supervisor  mahasiswa pasca sarjana atas nama Maria P. Kartika, yang melaksanakan riset di Papua Barat, khususnya di KabupatenTambrauw, ujar Profesor Fatem ketika diwawancarai via telp oleh awak media ini.

Sebagai salah satu Universitas ternama di dunia, kampus ini mendorong riset mahasiswa baik S2 dan S3 yang benar-benar  memenuhi kaidah ilmiah yang sangat tinggi namun mampu menyentuh kebutuhan pembangunan daerah.  Dijelaskan olehnya, bahwa proses pembimbingan mahasiswa pasca sarjana ini berjalan selama  hampir 2 tahun  bagi mahasiswa asal Harvard University, yang melaksanakan penelitian di 2 kabupaten di Papua Barat,  salah satunya di Kabupaten Tambrauw.

Judul thesisnya… “Towards Improved Health  and Environmental services in Tambraw, Southwest Papua: An Analysis of Service Strengths, Gaps, and traditional Community Needs’’ , Papar Profesor Fatem yang juga salah satu komisi pembimbing  thesis S3 tersebut melalui pesan whatsapp.

Baca Juga:  Wakil Kepala BIN Berkunjung ke Manokwari, Lihat Lokasi Pembangunan Papua Barat Youth Creative Hub

 

Komisi Pembimbing (Prof. Mathew Bonds, P.hD – Universitas Harvard), Profesor Sepus Fatem, Universitas Papua) dan mahasiswa Universitas Harvard, Dr Maria P Kartika, M.Sc; Katerine Samrau, P.hD dan Sauwna Novak MD, MMSc, P.hD.

Komisi Pembimbing (Prof. Mathew Bonds, P.hD – Universitas Harvard),  Profesor Sepus Fatem, Universitas Papua) dan mahasiswa Universitas Harvard, Dr Maria P Kartika, M.Sc; Katerine Samrau, P.hD dan  Sauwna Novak MD, MMSc, P.hD.

Melalui wawancara telpon whatsapp oleh awak Media, guru besar dari Universitas Papua itu menjelaskan bahwa,  Riset yang dilakukan sangat menarik, sebab berhubungan dengan   kebijakan pembangunan  lingkungan  hidup,  pola adaptasi  masyarakat adat terhadap layanan  kesehatan. Risetnya menarik sebab mempelajari hubungan masyarakat Tambrauw di 4 kelompok etnik  yang di kluster menurut topografi yakni Suku Mpur dan Miyah di wilayah pegunungan, Suku Abun dan Mooi Kelim di wilayah Pesisir serta tersebar di 4 distrik yakni Abun, Selemkai, Fef dan Kebar.     Lebih lanjut dikatakan bahwa penelitian ini juga melibatkan 4 mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran  dari Universitas Papua.

Mahasiswa pasca sarjana Maria P Kartika, dari Universitas Harvard ini sudah melaksanakan  sidang internal  dan defense  pada tanggal 8 April 2025  lalu via zoom dan tepat   hari ini , 13 Mei 2025 merupakan tahap akhir penyelesaian studi pada ujian terbuka  berupa oral presentasi di kampus Harvard Medical School and environment policy, Harvard University, Boston AS’’ ungkap Profesor Fatem yang telah diundang hadir dan saat ini sedang berada di kampus Universitas Harvard, Boston AS baik sebagai pembimbing dan penguji ujian akhir,  saat diwawancara awak Media ini  melalui telp selular.

Sesuai informasi diketahui bahwa mahasiswa pasca sarjana tersebut di bimbing oleh Prof. Matthew Bonds, P.hD (Harvard University);  Prof. Dr. Sepus M. Fatem, M.Sc (Papua University); Katherine Semrau, PhD;  Shawna Novak, MD, MMSc, P.hD dari Harvard Medical  pubik Policy and Enviromental School ( Harvard University)

Baca Juga:  Dana Otsus dan DTI Papua Barat belum Ditransfer Pemerintah Pusat

Sebagaimana diketahui bahwa keterlibatan   dosen dalam proses akademik bertaraf Internasional khususnya bimbingan akademik pada dasarnya memiliki nilai positif dan dampak yang besar terhadap pencapaian reputasi Universitas atau perguruan tinggi.  Menurutnya, diketahui bahwa salah satu  indikator kinerja utama (IKU-3)  Perguruan Tinggi  sesuai Permendikbudristek Nomor    210/M/2023 yakni ‘’ Dosen Berkegiatan di luar kampus, sub point  ‘’ Dosen berkegiatan tridarma di perguruan tinggi yang termasuk dalam daftar QS100 berdasarkan ilmu dan pengetahuan.  Artinya bahwa keterlibatan dosen dalam kegiatan akademik sebagai bagian dari tridharma menjadi penting saat ini, apa lagi perubahan kebijakan dan kebutuhan pendidikan global mewajibkan improvisasi diri dan pengembangan sistem kerja yang profesional dan berdaya saing global, papar  Profesor Fatem.

Prof. Dr. Sepus Fatem, mewakili Tim Pembimbing memberikan ulasan riset mahasiswa Universitas Harvard di Kabupaten Tambrauw, sekaligus memperkenalkan UNIPA di Depan Publik Kampus Harvard Medical School and public policy, Universitas Harvard, Boston Massacusettss pada Rabu, 14 Mei 2025.

Menurutnya, pemenuhan capaian Indikator Kinerja Utama ke-3 tidak hanya berdampak positif bagi perguruan tinggi namun juga bagi program studi  khususnya akreditasi program studi yang menjadi home base dosen tertentu.

Kita tidak bisa bekerja dengan cara-cara yang bersifat bisnis as usual atau rutinitas belaka, namun harus ada inovasi diri yang berdampak pada inovasi kelembagaan, inovasi tata kelola sistem yang maju,  kuat dan berdampak luas, paparnya.

Dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dosen harus dapat beradaptasi dan tumbuh seiring dengan perkembangan zaman. Kolaborasi aktif, pendekatan holistik dan berkelanjutan serta evaluasi rutin terhadap beban kerja dan profesionalisme dosen menjadi beberapa faktor penting dalam upaya memaksimalkan peran dan tugas dosen dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Tugas yang harus dilakukan ke depan oleh manajemen perguruan tinggi yakni merecognisi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Bapak/Ibu Dosen atau tenaga pengajar sehingga memberikan nilai yang berdampak pada peningkatan kualitas perguruan tinggi maupun peningkatan kerjasama dan kolaborasi dengan  berbagai pihak dalam dan luar negeri.

Baca Juga:  Di Hari Jadi Kabupaten Pegaf yang ke-9, Ini Tuntutan Bupati Saroi kepada ASN

Disisi lain menurutnya setiap masyarakat akademik termasuk dosen UNIPA memiliki peran strategis dalam mendorong kemajuan kampus  dan  membuka dialog dengan berbagai universitas luar guna program pendidikan, penelitian lintas universitas luar negeri  dan Universitas Papua. Tentunya program yang memiliki relevansi keilmuan termasuk salah satu yang sudah dilakukan melalui bimbinganya pada waktu lalu dan menjadi tolak ukur kerjasama yang nyata dalam riset yang berdampak pada peningkatan reputasi universitas Papua ke depan maupun menjawab kebutuhan pembangunan daerah, imbuhnya.

Suasana Kegiatan Akademik, seminar terbuka dan ujian bagi mahasiswa pasca sarjana, Harvard Enviromental policy and Medical School, Universitas Harvard, Boston , US, 14 Mei 2025.

Ketika ditanya oleh Awak Media ini tentang keterlibatannya sebagai komisi pembimbing bagi mahasiswa pasca sarjana dari Universitas Harvard tersebut, menurut Profesor Fatem  bahwa “Bagi saya ini kesempatan berharga, tidak hanya bergabung dalam komisi pembimbing bersama para ilmuan hebat dari Universitas ternama didunia  namun lebih dari itu, mampu menunjukkan kepada publik bahwa Universitas Papua  meski masih menjadi universitas yang sedang berkembang namun kita memiliki posisi berada di tanah Papua, pulau yang kaya akan original referensi  sumberdaya alam dan masyarakat adat, sehingga menjadi posisi tawar untuk berbagai kajian ilmiah dan inovasi kebijakan yang melibatkan mitra di dalam dan luar negeri, baik perguruan tinggi dan LSM. Dan kesempatan ini harus kita rebut untuk meningktan reputasi kita di kancah internasional, pungkasnya menutup sesi wawancara awak Media ini. (*)

Pos terkait