MANOKWARI – Malaria adalah salah satu penyakit menular vektor yang telah lama menjadi tantangan di beberapa wilayah tropis, salah satunya di Indonesia. Penyakit malaria ini terjadi dikarenakan gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit plasmodium. Kawasan wilayah Indonesia Timur seperti Sulawesi, NTT, Maluku dan Papua merupakan kawasan malaria yang cukup menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius. Papua dan Papua Barat merupakan wilayah malaria yang cukup tinggi dan menjadi peringkat teratas provinsi dengan tingkat malaria yang sangat tinggi. Malaria dapat menjadi dampak negatif jika dilihat dari segi kesehatan, ekonomi sampai produktivitas masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir Provinsi Papua Barat berhasil menurunkan tingkat malaria. Menurunnya angka malaria di Provinsi Papua Barat ini terjadi tidak dengan cara yang instan, ini merupakan hasil kerja keras dan sinergi yang baik antara pemerintah dan masyarakat.
Dinas kesehatan Provinsi Papua Barat melalui upayanya dengan memetakan wilayah yang menjadi tingkat endemisitas tinggi malaria. Dengan melalui data epidemiologi mereka mampu menemukan kebijakan yang tepat dan bersih dengan kebutuhan masyarakat. Seperti
dengan membagikan kelambu insektisida kepada seluruh keluarga yang tinggal di wilayah tinggi malaria. Selain itu dari segi tenaga kesehatan juga memberikan pemeriksaan darah massal pada setiap masyarakat yang tinggal di wilayah tinggi malaria. Dengan dilakukannya pemeriksaan darah secara massal ini sangat membantu untuk mencegah tingginya angka kesakitan malaria, sehingga dapat dengan cepat mendapat pengobatan yang tepat. Dinas Kesehatan juga memperkuat layanan kesehatan baik melalui puskesmas dan pos pelayanan
kesehatan pada wilayah terpencil. Para tenaga medis dilatih agar mampu mengenali gejala
malaria dengan cepat dan dapat memberikan pengobatan yang sesuai. Obat-obatan malaria,
termasuk kombinasi artemisinin, disediakan secara gratis agar seluruh lapisan masyarakat bisa mengakses pengobatan tanpa terkendala biaya. Tidak kalah penting, layanan tes cepat malaria atau RDT (Rapid Diagnostic Test) semakin diperluas cakupannya agar masyarakat bisa mengetahui status kesehatannya dengan segera. Peningkatan literasi kesehatan masyarakat menjadi bagian integral dari program ini. Penyuluhan dilakukan dengan pendekatan budaya lokal, melibatkan tokoh adat, tokoh agama, guru, dan pemuda. Dengan melibatkan mereka, pesan-pesan kesehatan menjadi lebih mudah diterima dan diinternalisasi oleh masyarakat luas.
Dinas kesehatan dan pemerintahan Provinsi Papua Barat memperlihatkan komitmen yang tinggi untuk benar-benar mengalami malaria dari Papua Barat. Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari bekerja sama dengan UNICEF untuk memasukan materi edukatif tentang penyakit malaria kedalam kurikulum pendidikan pada sekolah dasar di Manokwari pada tahun ajaran 2023/2024. Hal ini adalah langkah yang sangat tepat dalam jangka waktu yang panjang. Dengan memberikan gambaran dan pengetahuan tentang malaria sejak usia dini, anak- anak dapat belajar memahami gejala awal, ringan hingga berat, memahami penyebab penyakit malaria, cara penularannya dan bagaimana upaya pencegahan penyakit malaria. Sangat besar harapan kepada anak-anak yang sudah sejak dini dibekali dengan informasi, pengetahun yang benar dan relevan ini akan tumbuh menjadi individu yang sadar akan kesehatan, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk keluarga dan orang lain yang berada di sekitarnya. Melalui pendekatan kurikulum ini, sekolah akan menjadi agen perubahan sosial di bidang kesehatan dengan menjadikan pendidikan sebagai pilar utama dalam memutus rantai malaria. Dampak dari edukasi ini tidak hanya dirasakan di lingkungan sekolah, tetapi juga menjalar ke lingkungan keluarga. Informasi yang diketahui oleh anak-anak ini akan menciptakan efek domino yang memperluas jangkauan informasi dan meningkatkan kesadaran kolektif. Keberhasilan penurunan angka malaria dan memasukan materi kesehatan dalam kurikulum ini tentu tidak terlepas dari dukungan dinas Pendidikan, menjadi mitra strategis dalam memastikan materi kesehatan dapat disampaikan secara sistematis dan sesuai dengan jenjang pendidikan.
Data tiga tahun terakhir yang dirilis oleh dinas kesehatan kabupaten Manokwari menunjukan hasil yang sangat baik. API atau jumlah kasus malaria per 1.000 penduduk mengalami penurunan yang baik. Daerah yang awalnya menjadi zona merah (tinggi malaria) kini berubah menjadi zona kuning (rendah malaria), bahkan terdapat beberapa kecamatan dan kabupaten yang telah bebas malaria. Dengan ini dapat di lihat bahwa strategi yang dijalankan telah berjalan efektif dan langsung pada titik permasalahannya. Meskipun berbagai keberhasilan telah diraih, tantangan di lapangan tentu masih ada. Letak geografis Manokwari yang sebagian besar terdiri dari wilayah terpencil dan sulit dijangkau menjadi kendala tersendiri dalam distribusi alat kesehatan dan pengawasan lapangan. Belum meratanya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya tindakan pencegahan, serta minimnya tenaga kesehatan di beberapa daerah pedalaman juga menjadi perhatian. Selain itu, perubahan iklim yang mempengaruhi pola hidup nyamuk vektor malaria juga bisa menjadi ancaman baru di
masa mendatang. Oleh karena itu, keberhasilan saat ini tidak boleh membuat kita lengah. Sebaliknya, harus menjadi motivasi untuk terus memperkuat strategi yang sudah ada dan mencari inovasi baru untuk menyesuaikan dengan kondisi zaman sekarang. Harapan
kedepannya semoga di seluruh sekolah dasar dan menengah bisa menerima mulok malaria
tidak hanya di kabupaten Manokwari saja. Pelatihan guru dan penyediaan materi inovatif yang sesuai dengan usia anak menjadi hal penting agar pembelajaran tidak membosankan dan monoton.
Apa yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Manokwari adalah bukti nyata sinergi antara pemerintah, pendidikan, dan juga masyarakat bisa menghasilkan dampak yang luar biasa. Mereka tidak hanya mengobati, tetapi juga mendidik. Mereka tidak hanya menyembuhkan, tetapi juga mencegah. Keberhasilan ini pantas diapresiasikan kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, jajaran Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten, tenaga medis, para relawan, para guru, dan kepada seluruh masyarakat yang telah bersama-sama membuktikan bahwa kesehatan adalah tanggung jawab bersama. Semoga upaya ini terus berlanjut sehingga dapat menghapus malaria dari Provinsi Papua Barat.
Penulis : Bernadertha R.I.A (Mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana Jogjakarta)