Manokwari – Tanah Papua memiliki potensi alam yang dapat mendukung pengembangan perekonomian masyarakat setempat sekaligus kaya akan kearifan lokal. Hal ini melatarbelakangi Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL) bersama World Resources Institute (WRI) Indonesia untuk menyelenggarakanPapuan Leaders Bootcamp pada 16-21 Oktober 2023 di Manokwari. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat Papua terhadap isu-isu konservasi dan restorasi hutan, sekaligus mengarusutamakan pangan lokal dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) sebagai ekonomi kreatif baru.
Kegiatan Papuan Leaders Bootcamp diawali dengan seleksi peserta melalui pengumpulan proposal ide bisnis seputar pemanfaatan pangan lokal dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Kemudian, 12 kelompok terpilih yang terdiri dari 23 peserta mengikuti bootcamp di Manokwari untuk menyempurnakan proposal mereka dengan didampingi para mentor dan fasilitator.
Rangkaian bootcamp terdiri dari pemberian materi, kegiatan interaktif seperti roleplay dan diskusi, serta kunjungan lapangan. Pada puncak acara, para peserta melakukan pitching ide bisnis mereka di hadapan para dewan juri.
“Kami membuka kesempatan untuk kelompok anak muda, perempuan, anggota organisasi lokal, masyarakat adat, dan pelaku UMKM di seluruh Tanah Papua untuk mengikuti Papuan Leaders Bootcamp. Melalui kegiatan ini, kami ingin memotivasi calon-calon pengusaha di Tanah Papua dan membekali mereka dengan ilmu untuk mengembangkan bisnis yang selaras dengan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan,”ujar Martha Karafir, Strengthening Tenurial Right and Livelihood Business Model Project Lead WRI Indonesia.
Salah satu pesan utama dalam kegiatan ini yakni bahwa pemanfaatan pangan lokal dan HHBK berkaitan erat dengan upaya pelestarian hutan. Ini ditegaskan oleh salah satu fasilitator bootcamp, yakni Ulin Epa, seorang wirausaha dan penggiat pangan lokal dari Jayapura.
“Kurangnya permintaan akan bahan pangan lokal dalam jangka panjang akan mempengaruhi semangat petani untuk menanam bahan pangan lokal, sehingga mengurangi atau bahkan menghilangkan keberagaman dan kekayaan pangan lokal di Tanah Papua. Begitu juga dengan HHBK, jika tidak dimanfaatkan, masyarakat lama kelamaan tidak menganggap hutan penting, dan pada akhirnya memberi ruang untuk kegiatan yang merusak hutan,” ujarnya.
Pemanfaatan pangan lokal juga dapat mendorong transformasi sistem pangan yangberkelanjutan. Ini disampaikan oleh Sri Noor Chalidah, Food System Specialist WRI Indonesia, dalam salah satu sesi materi.
“Dari perspektif lingkungan, konsumsi bahan pangan lokal akan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan mampu meminimalkan limbah yang dihasilkan karena kerusakan makanan. Ini juga
akan mengurangi penggunaan kemasan karena kedekatan konsumen dan produsen. Dari aspek sosial ekonomi, konsumsi pangan lokal juga secara otomatis meningkatkan rasa kepemilikan terhadap budaya dan identitas
lokal,” ujarnya.
Papuan Leaders Bootcamp juga disambut baik oleh pemerintah daerah setempat karena turut mendukung peningkatan kesejahteraan Tanah Papua secara keseluruhan.
“Ke depannya, pengembangan ide-ide menarik ini ada di tangan para pemimpin muda Papua sekalian. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan kita, tetapi yang perlu diingat adalah kolaborasi antarberbagai pihak,” ujar KepalaBadan Riset Dan Inovasi Daerah Papua Barat, Prof. Dr. Charlie Danny Heatubun, saat menutup rangkaian Papuan Leaders Bootcamp.
Lima kelompok terbaik dari kegiatan ini akan mendapat pembiayaan dan pendampingan untuk mengembangkan bisnis mereka selama empat bulan. Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi langkah awal yang mendorong munculnya bisnis-bisnis lestari lain, yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal sekaligus menciptakan lingkungan Tanah Papua yang lebih berkelanjutan. (SM7)