Prof Fatem: UNIPA Manokwari-Universitas Gottingen Jerman Siap Lanjutkan Kerja Sama Akademik atas Dukungan DAAD Scholarship

MANOKWARI, – Universitas Papua telah memasuki 23 tahun perjalanan panjang membangun pendidikan tinggi di Tanah Papua. Lembaga ini telah berupaya mengembangkan diri dan meningkatkan pelayanan kualitas dan kuantitas internal lembaga. Sebut saja dari sisi akreditasi perguruan tinggi, UNIPA telah meraih akreditasi ‘’Baik Sekali ‘’ pada tahun 2022. Begitu pula akreditasi program studi yang telah hampir mencapai 75 persen dari total program studi berstatus setara dengan ‘’B”.

 

Bacaan Lainnya

Berbeda hal nya dengan perguruan tinggi lain di Indonesia yang telah meraih akreditasi ‘’Unggul ‘’ seperti UGM, Unair, IPB, dan sederet universitas lainya. Memang salah satu instrumen untuk merebut akreditasi unggul yakni pengelolaan program internasional class,‘’ ujar Prof Dr. Ir. Sepus Fatem. S.Hut., M.Sc, yang juga Wakil Rektor Bidang Akademik UNIPA.

Menurutnya, UNIPA memiliki kans dalam rangka mempersiapkan diri mendorong dan menyambut akreditasi unggul jika mampu mengelola program internasional class.

 

Kita sudah mulai sejak 2022 mendorong S2 Kehutanan UNIPA menuju pengelolaan program akademik internasional yg tahapanya dimulai dengan membantuk tim, bench marking ke program s2 kehutanan Fahutan UGM dan pengisian borang ASIIN utk program internasional class. Terima kasih untuk Pak Dekan Fahutan Unipa, Dr. Jonni Marwa, S.Hut, M.Si yg sangat responsif dan mendukung usulan PS S2 kehutanan ini, ungkap Prof Fatem. Lebih lanjut di ungkapkan bahwa ASIIN atau FIBAA adalah 2 dari sekian lembaga resmi yg mensettup instrument borang bagi akreditasi PS yg akan diusul berkelas internasional. Kita bersyukur sebab Fahutan UGM telah menjadi tim pendamping kita dalam penyusunan borang Asiin karena pengalaman mereka hingga hari ini sudah memiliki 56 Program studi bertaraf internasional ” imbuh Profesor Fatem.

Salah satu universitas mitra yakni Fakultas Kehutanan, Universitas Gottingen, Jerman. Selain Universitas Gottingen, UNIPA juga telah memiliki kerja sama (MoA) dengan beberapa perguruan tinggi di luar negeri. Oleh sebab itu, peran pemimpin perguruan tinggi termasuk UNIPA yakni mendorong implementasi kesepakatan tersebut pada tataran praktis.

Jerman merupakan salah satu negara di benua Eropa yang terkenal dengan kualitas pendidikannya. Bahkan, negara ini juga memiliki atmosfir yang nyaman dan aman untuk pelajar internasional. Mulai dari biaya hidup yang terjangkau hingga menyediakan beasiswa pendidikan. Beasiswa DAAD merupakan salah satu beasiswa luar negeri yang diprioritaskan bagi kalangan profesional. Di mana program ini bertujuan memberikan pendidikan dan pelatihan pada bidang yang berkaitan dengan profesi para pelamar. Sehingga, para pelamar harus sedang bekerja atau memiliki pengalaman kerja minimal dua tahun. Kemudian, program ini juga diprioritaskan bagi pelamar yang bekerja di pemerintahan atau perusahaan swasta di negara berkembang. Kemudian, juga ditujukan bagi yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek kebijakan pembangunan, yang berkaitan dengan bidang teknologi, ekonomi, atau pun sosial.

DAAD Scholarship (Deutscher Akademischer Austauschdienst), merupakan beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Jerman bersama dengan organisasi independen lembaga pendidikan tinggi Jerman. Beasiswa yang dibentuk sejak tahun 1925 ini merupakan beasiswa fully funded.

Di sela-sela terlibat sebagai peserta program ‘’Dies Management internasional”, yang berlangsung pada 16-29 Oktober 2023 di Universitas Hanover Jerman, Prof Dr. Sepus Fatem berkunjung ke kantor pusat DAAD di Kota Boon. Perkunjungan ini dilakukan bertepatan dengan program Management Internasional sekaligus melakukan pembicaraan khusus bersama Direktur Utama DAAD, Dr Tobias Wolf, demikian disampaikannya Fatem melalui pesan WhatApp, Sabtu (4/11/2023).

Satu di antaranya networking bagi perguruan tinggi dalam membangun kemitraan secara internal dan eksternal guna mengembangkan sistem pendidikan tinggi di berbagai negara. DAAD merupakan salah satu sponsor dalam pelaksanaan program Manajemen Internasional yang dilaksanakan oleh Universitas Hanover.

Di sela-sela program ‘’management internasional ‘’, Prof Fatem berkunjung ke kantor pusat DAAD di Kota Boon. Tidak hanya itu, sehari digunakan pula untuk melakukan trip, berkunjung ke kampus Universitas Boon, yang sangat besar dan memiliki sejarah panjang dalam mengembangkan akademik bagi alumni dan produk perguruan tinggi di bidang pembangunan pendidikan wilayah Eropa.

Prof Fatem menyampaikan bahwa saat berkunjung ke Kota Bonn khususnya di kantor pusat DAAD, dirinya memanfaatkan kesempatan membangun diskusi dan pembicaraan bersama dari Dr. Tobias Wolf (Direktur Utama Pengembangan Program Kemitraaan, Alumni dan Management Pendidikan Tinggi Pada lembaga DAAD, German).

“Saya sangat bersyukur sebab mendapat kesempatan dan bercerita secara langsung tentang visi UNIPA menjadi universitas berkelas dunia di kawasan pasifik melalui tawaran kerja sama universitas parthner di German atas dukungan DAAD Scholarship, dalam rangka pengembangan kemitraan lintas universitas dan region Asia, Eropa ke depan,” ungkapnya.

Sangat menarik sebab Prof Fatem dan peserta lainnya pun disodorkan presentasi DAAD yang begitu apik dan ternyata Indonesia merupakan negara ketiga yang mampu mensupplay mahasiswa internasional dengan angka rata-rata 2.885 mahasiswa di tahun 2022, berada di urutan kedua setelah Vietnam ( 3.706 mhswa) dan India(28.773 mhswa), DAAD juga telah membuka 19 kantor di berbagai region dan negara dalam rangka mendukung akses beasiswa dan pengembangan pendidikan tinggi,” ujar Prof Fatem.

Di akhir pertemuan dan diskusi, Prof Fatem menyerahkan cinderamata bergambar (gedung rektorat UNIPA) sebagai tanda perkenalan awal yang nanti akan ditindaklanjuti ke depannya.

Selain berinteraksi dengan Direktur Utama DAAD, Prof Fatem pun mampu berkomunikasi dan mendalami sistem pendidikan tinggi di negeri yang disebut Deutscland. Ditambahkan bahwa Dr. Sabine Beißwenger sebagai pimpinan pada Centre for International Academic Collaborations-DAAD. Membersamai peserta Dies Program of Management Internasional disuguhi segudang informasi beasiswa, persyaratan dalam rangka mengkases skema beasiswa untuk studi lanjut, seminar, pelatihan serta kerjas ama bidang akademik lainnya.

Kami akan merespon kesempatan ini untuk mengatur jadwal sosialisasi di UNIPA ke depannya, bahkan akan berjumpa dengan perwakilan kantor DAAD di Jakarta dalam rangka mengexplore peluang schorlarship dan dukungan lainya yang dapat dikompetisikan ke UNIPA,” tambah Prof Fatem.

Merespon kerja sama UNIPA 7 tahun sebelumnya yang dilaksanakan bertemakan” Networking for Biodiversity Education and Assesment in the South West Pacific” , bersama Fakultas Kehutanan Universitas Gottingen, maka Prof Fatem berkunjung memenuhi undangan Prof Dr. Oliver Gailing (Sebagai Dekan Fahutan) untuk bertandang ke Fakultas Kehutanan Universitas Gottingen Jerman Universitas.

Prof Fatem di dampingi counterpart UNIPA di Univ Gottingen, Dr. Yosias Gandhi, M.Sc. Menurut Prof Fatem, diskusi pada pertemuan itu berpusat pada 6 isu yang akan dikerjakan secara bersama-sama: (1) inisiatif pembukaan program S2 kehutanan internasional di UNIPA; (2) penyusunan proposal DAAD scholarship; (3) dukungan training, kursus dan pertukaran dosen/ mahasiswa untuk magang; (4) study lanjut s2 dan s3 bagi Dosen UNIPA : (5) Joint research; (6) post doctoral

Lebih lanjut menurut Prof Fatem, untuk mengkonkretkan kerja sama, maka pertemuan tersebut telah menyepakati untuk mengatur online meeting pada minggu kedua Desember 2023 guna menyusun rencana aksi (action plan) antar kedua institusi.

Disampaikan bahwa rencana aksi yang disusun merupakan breakdown dari MoU UNIPA dan UNGOETT yang telah ditandatangani pada November 2014 lalu.

Sebelumnya UNIPA sudah memiliki kerja sama dengan Universitas Gottingen Jerman sejak tahun 2014 melalui MoU. Pasca MoU tersebut, sejak 2015-2019, program short training telah berlangsung bersama Fakultas Kehutanan Gottingen University dan Fakultas Kehutanan UNIPA,” imbuh Prof Fatem.

Ke depan kerja sama ini akan di tingkatkan, melalui kompetisi proposal yang disampaikan ke DAAD Scholarship, sebab MoU UNIPA dan UNIV GOTTINGEN telah mengatur 1 pasal bahwa kerja sama ini hanya akan berjalan jika mendapat dukungan dana dari DAAD sholrarship. Sebelum meninggalkan kampus Fakultas Kehutanan Universitas Gottingen, Prof Fatem menyerahkan cinderamata bergambar gedung Rektorat UNIPA ke Prof Gailing sebagai tanda terima kasih dan sekaligus titik balik keberlanjutan sebuah hubungan kerjasama antara UNIPA dan Universitas GOTTINGEN yang telah dirintis sebelumnya.

Sejak tahun 2014, UNIPA dan UNCEN telah memulai kemitraan bersama Universitas Gottingen. Buah dari kemitraan ini telah membangun kapasitas institusi dengan hadirnya beberapa alumni Universitas Gottingen (master dan doktor) orang Papua di kampus UNCEN Jayapura dan Universitas Papua Manokwari.

“Memang tidak salah ketika kampus ini menjadi parthner bersama UNIPA, UNCEN di Tanah Papua karena faktor kesejarahan dan pada beberapa bagian akademik yang pada dasarnya memiliki konektivitas dengan impian UNIPA dan UNCEN membangun Papua melalui sumber daya alam, pertanian, kehutanan, MIPA maupun aspek sosial budaya lainya,” tutup Prof Fatem, yang akan segera dikukuhkan pada bulan November sebagai guru besar termuda orang asli Papua di Tanah Papua. (SM)

Pos terkait