MANOKWARI – Dr. Hj. Siti Nur Azizah Ma’ruf, SH, M.Hum, memberikan kuliah umum kepada mahasiswa STIH Caritas Papua dan STIE Mah-Eisa Manokwari, Rabu (07/12/2022). Di kesempatan itu, putri Wapres Ma’ruf Amin ini mengajak para mahasiswa untuk melakukan deteksi dan tanggap dini potensi konflik sosial keagamaan melalui kemampuan critical thinking terhadap persoalan-persoalan yang muncul dan tumbuh di masyarakat.
Menurut Siti, Indonesia adalah negara multiagama, multietnik, multibudaya, dan multi yang lainnya. Kemajemukan itu selain sebagai sebuah kekuatan, namun bila tidak dikelola dengan baik akan punya potensi konflik yang besar dan membahayakan integrasi bangsa.
“Ini kan menjadi sebuah keniscayaan untuk memperkuat nasionalisme generasi muda untuk peka terhadap ancaman-ancaman yang bisa mengarah pada timbulnya konflik sosial keagamaan. Karena itu, saya mengajak generasi milenial untuk lebih tepat melakukan deteksi dan tanggap dini terhadap potensi konflik sosial keagamaan melalui kemampuan critical thinking terhadap persoalan-persoalan yang tumbuh dan muncul di masyarakat. Jadi mereka diharapkan punya kemampuan untuk menyeleksi secara kontekstual dinamika kehidupan masyarakat dan kehidupan berbangsa serta bernegara,” ucapnya.
Menurutnya, perguruan tinggi mempunyai peran penting untuk membangun kesadaran tersebut. Karena itu, kampus-kampus diharapkan menjadi sebuah laboratorium dan tempat untuk menghadirkan atau melahirkan sumber-sumber daya manusia yang berkemampuan untuk melakukan deteksi dan tanggap terhadap potensi-potensi konflik.
“Apalagi di era disruption seperti sekarang dengan teknologinya yang begitu maju dan informasi-informasi yang bisa memecah belah bangsa itu sangat mudah sekali didapatkan, sehingga perguruan tinggi harus menjadi satu wadah atau lembaga yang mampu mendorong sebuah rekomendasi dari hasil manajemen konflik yang didapat dari hasil deteksi-deteksi terhadap potensi-potensi konflik sosial keagamaan. Ini punya peran penting untuk merekomendasikan kira-kira solusi-solusi apa, program-program apa yang bisa memperkuat upaya untuk meminimalisir konflik-konflik sosial keagamaan terutama dalam menumbuhkan sikap toleransi. Toleransi di semua lini apakah toleransi di bidang agama, kemudian ekonomi, hukum, dunia pendidikan. Jadi toleransi itu harus tumbuh di segala lini sebagai refleksi dari nilai-nilai Pancasila yang sebetulnya memuat nilai-nilai inklusivitas dalam berbangsa dan bernegara,” tandasnya. (SM7)