MANOKWARI, – Pemkab Manokwari melakukan intervensi penanganan terhadap 135 anak stunting. Intervensi dilakukan selama tiga bulan atau 90 hari melalui pemberian makanan tambahan bergizi.
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Manokwari, Febelina Indou, mengatakan, dari 135 anak tersebut, pada intervensi bulan pertama atau 30 hari pertama, sebanyak 25 anak dinyatakan pulih. Dengan demikian, tersisa 108 anak yang diintervensi pada bulan kedua dan ketiga.
“Dari 108 anak ini, setelah dilakukan intervensi pada bulan kedua 40 anak dinyatakan pulih,” ungkap Febelina pada rapat koordinasi penanganan stunting di Kabupaten Manokwari, Selasa (8/8/2023).
Dengan demikian, lanjut Febelina, pada bulan ketiga ada 66 anak lagi yang harus diintervennsi. Anak-anak tersebut tersebar di 15 Puskesmas di Kabupaten Manokwari.
Febelina merincikan, pada bulan kedua ada 5 anak yang ditangani Puskesmas Mansinam, dari jumlah itu 2 anak pulih, tinggal 3 yang ditangani di bulan ketiga. Puskesmas Sowi menangani 9 anak, 3 pulih, dan tersisa 6 anak yang diintervensi di bulan ketiga.
“Puskesmas Sanggeng, ada 8 anak, 1 pulih, sisa 6 karena satu anak lainnya merupakan anak asuh Pj Gubernur Papua Barat. Puskesmas Warmare ada 10 anak, 1 anak pulih tersisa 9 anak yang diintervensi lebih lanjut,” katanya.
Selanjutnya Puskesmas Mowbja ada 14 anak, 4 pulih sisa 10 anak. Puskesmas Amban ada 6 anak, 2 pulih sisa 4 anak. Puskesmas Masni ada 5 anak, 4 sudah pulih tinggal 1 anak yang perlu diintervensi di bulan ketiga. Puskesmas Sidey ada 7 anak yang diintervensi, 3 anak pulih, sisa 4 anak. Puskesmas Nuni ada 4 anak, 3 anak sudah pulih sisa 1 anak.
Berikut adalah Puskesmas Macuan ada 6 anak, 3 pulih sisa 3 anak lagi. Puskesmas Pasir Putih ada 7 aanak, 4 sudah pulih tersisa 3 anak. Puskesmas Prafi ada 12 anak, 7 pulih sisa 5 anak. Tanah Rubuh dari 8 anak 2 dinyatakan pulih, sehingga tinggal 6 anak lagi yang diintervensi. Puskesmas Wosi ada 9 anak, 2 di antaranya sudah pulih, tersisa 7 anak yang diintervensi di bulan ketiga.
“Sedangkan Puskesmas Maripi dari bulan pertama dan kedua tidak bisa dilakukan intervensi karena kepala Puskesmas dan tenaga gizi tidak kooperatif,” sebut Febelina. (SM7)