MANOKWARI, – Uskup Keuskupan Manokwari Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, memimpin misa requiem (arwah) almarhum Pater Anton Tromp, OSA, Rabu (10/05/2023. Dalam homilinya, Uskup Hilarion mengenang segala jasa dan karya Pater Tromp selama hidupnya.
Menurut Uskup Hilarion, setiap orang pasti punya cerita tersendiri dengan Pater Tromp. Begitu juga dirinya. Uskup Hilarion memulai kisah saat bertemu Pater Tromp saat bertugas di Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Saat itu, Pater Tromp selesai menjalankan tugas sebagai Delsos.
Kisah itu berlanjut hingga Hilarion ditunjuk menjadi Uskup Manokwari Sorong. Menurutnya, sebagai pastor, Pater Tromp pernah menduduki rupa-rupa jabatan di keuskupan seperti pastor rekan di Bintuni, setelah pulang belajar dari Filipina menjadi pastor di mana-mana, pernah menjadi kepala kantor, Vikaris Jenderal Keuskupan Manokwari Sorong, dan rektor seminari di Sorong, dan rektor di kedua pendidikan menengah di Susweni dan Maripi.
“Tahun 2004 ketika akan mendirikan Seminari Petrus Van Diepen, saya memanggil Pater Tromp. Dalam pembicaraan yang cukup lama, ujung-ujungnya saya memohon dengan sangat hormat supaya Pater Tromp jadi rektor pertama seninari itu dan beliau langsung setuju,” tutur Uskup Hilarion.
Awal 2005 ketika seminari itu hendak dibangun, lanjut Uskup Hilarion, dirinya kembali memanggil Pater Troomp karena belum ada usulan nama seminar itu. Lalu dirinya mengusulkan nama Petrus Van Diepen dan disetujui Pater Tromp.
“Baik kesetiaan Pater Tromp maupun penyertaan Tuhan lewat kehadiran seminari dengan nama itu pada hemat saya mencerminkan sesuatu mutu kerohanian yang amat tinggi dan luhur yang dipersembahkan oleh Pater Tromp kecuali banyak jasanya yang disebutkan sudah sejak beberapa hari ini,” ungkapnya.
Menurut Uskup Hilarion, peninggalan Pater Tromp yakni mutu tingkat kerhaniannya yang amat tinggi diharapkan membekas bagi semua umat Katolik di Keuskupan Manokwari Sorong.
Uskup Hilarion melanjutkan pada tahun 2009 ketika memperingati 50 tahun berdirinya Keuskupan Manokwari Sorong, Pater Tromp mengajaknya mendirikan lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh pastor-pastor OSA di Susweni. Di tahun 2009 juga diletakkan batu pertama pembangunan kompleks tersebut diawali dengan membangun rumah kecil tempat tinggal Pater Tromp, lalu asrama putra dan putri, membangun biara, sekolah, dan terakhir aula tempat almarhum pater Tromp disemayamkan.
“Beberapa tahun berselang, dibangun SMP Villanova di Maripi tempat beliau sepanjang lima tahun terakhir mengabdikan hidupnya bagi pendidikan dan kemajuan pendidikan di Maripi,” sebut.
Semua sarana prasarana pendidikan itu, lanjut Uskup Hilarion, merupakan prakarsa, insiatif, kehendak, dan keinginan Pater Tromp. Oleh karena itu, Pater Tromp menegaskan jejak-jejak kerohanian tingkat tinggi yang menjadi suri teladan bahwa hidup harus diisi dengan mutu kerohanian, sehingga hidup menjadi bermartabat.
“Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang meragukan bahwa Pater Tromp adalah berkat Tuhan dan berkat dirinya sendiri bagi kita sekalian dan kita bawa terus bukan sebagai kenang-kenangan saja tapi sebagai kehormatan. Pater Tromp, banyak-banyak terima kasih. Atas nama semua saja, siapa saja, Pater meninggalkan jejak-jejak yang kami hidupi terus, semoga Pater dari Surga menjadi pendoa yang tangguh bagi kami sekalian,” tukas Uskup Hilarion. (SM7)