QATAR,- Mengawali debutnya di ajang Piala Dunia 2022, striker Timnas Amerika, Timothy Weah memperlihatkan penampilan penuh daya pikat. Bukan hanya teknik permainannya yang apik, tapi juga kemampuannya menggetarkan jala gawang lawan. Benar-benar menunjukkan aura seorang bintang.
Timothy Weah mencetak gol keunggulan Amerika Serikat 1-0 atas Wales sebelum penalti Gareth Bale menyamakan kedudukan 1-1 dalam pertandingan Grup B Piala Dunia Qatar 2022, Selasa (22/11) dini hari WIB. Gol Timothy membuat bangga sang ayah yang merupakan Presiden Liberia saat ini, George Weah.
Putra Presiden Liberia ini mengakui soal pengaruh dari ayahnya George Weah yang merupakan pemain legenda AC Milan. Tak hanya itu, Timothy juga menyatakan pernah mengikuti trial di Chelsea dan mengaku sebagai fans dari klub Arsenal di Liga Inggris
Memang darah sepak bola Timothy mengalir dari sang ayah. Jauh sebelum Weah jadi orang nomor satu di Liberia, ia pernah menjadi kebanggaan rakyat Afrika, khususnya Liberia di dunia lapangan hijau. Bagaimana tidak, Weah adalah peraih Ballon d’Or pada 1995. Mentornya waktu itu adalah Arsene Wenger. Penghargaan yang diraih Weah membuat bangga keluarganya dan Afrika.
Ayah Timoty tercatat pernah membela beberapa klub top Eropa antara lain AS Monaco, Chelsea, AC Milan, Paris Saint-Germain (PSG), Manchester City, dan Marseille. Ia menggantung sepatu bolanya pada 2003. Klub terakhir yang dibelanya adalah Al-Jazira. Weah juga pernah menjadi andalan timnas Liberia. Ia mencatatkan 60 pertandingan dengan sumbangan 22 gol. Satu yang tak ada dalam CV-nya adalah berlaga di Piala Dunia. Namun Timothy berhasil memenuhi impian ayahnya yang belum pernah bermain di ajang Piala Dunia.
Buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya. Kini, pria itu menyaksikan langsung anaknya memenuhi impian yang tak pernah diwujudkannya saat masih merumput. Sumbangan gol Timothy di Stadion Ahmad Bin Ali ke gawang Wales membuat bangga keluarga besarnya, meski ia bermain di bawah bendera Amerika Serikat. Timothy berhak membela AS karena lahir di New York, 22 Februari 2000.
“Saya lahir di New York dan dibesarkan di AS, di mana saya mulai bermain sepak bola sejak awal di tim muda tim nasional. Selalu ada perasaan khusus, jadi pilihannya wajar. Fakta bahwa ayah saya adalah Presiden Liberia tidak mempengaruhi keputusan saya. Orang tua saya selalu memberi saya banyak kebebasan dan saya pikir saya telah mengambil keputusan yang tepat mengingat kami akan lolos ke Piala Dunia, itu akan menjadi mimpi,” ujarnya.
Bermain untuk Amerika Serikat, menurutnya, membuat dirinya dapat berkontribusi untuk negara Afrika melalui sepak bola, yakni mencoba menjadi contoh.
“Saya menganggap diri saya orang berimbang, dipanggil Weah bukan beban. Nama belakang milik keluarga saya dan saya bermain untuk menghormatinya. Fakta bahwa ayah saya adalah bintang internasional dan presiden suatu negara tidak masalah. Bagiku, dia tetap ayahku. Dia membuat karir yang luar biasa dan terserah saya untuk melanjutkan jalannya,” tukasnya.
Timothy juga membuat bek Amerika Serikat Tim Ream terkesan kepada kinerja Timothy pada laga tersebut. Menurutnya, Timothy memiliki kecepatan berlari yang sangat fantastis. Kelebihan itu tampak pada babak pertama di mana dia sering menciptakan ancaman ke pertahanan Wales dengan kecepatannya.
Cara dia lolos untuk mencetak gol memang tidak berbeda dari yang lain. Namun ketika ada operan yang bagus dari Christian [Pulisic], Timothy memberikan penyelesaian yang sangat keren dengan bagian luar kaki kanannya. “Dia pemain yang menyenangkan dan melihatnya mendapatkan hadiahnya dengan cara itu sungguh fantastis,” puji Tim kepada Timothy.
Pelatih Amerika Serikat Gregg Belhalter menyebutkan pertandingan tersebut berlangsung ketat dan sulit. Ia mengakui pasukannya sedikit kehilangan kekuatan pada pengujung laga tersebut sehingga Bale mampu menyamakan kedudukan. (*)