MANOKWARI – Dinas Kesehatan Papua Barat bersama Unicef Papua Barat didukung aparat keamanan kini gencar melakukan sosialisasi pencegahan dan penanganan COVID-19. Sosialisasi dari kampung kampung itu diharapkan stigma masyarakat mengenai penderita COVID-19 semakin menurun.
Kepala Distrik Warmare, Aswandi, menuturkan, ketika beredar ada warga Warmare positif COVID-19, masyarakat sangat terkejut.
“Pertama karena masyarakat tidak pernah tahu yang namanya COVID-19 itu seperti apa. Baru tiba-tiba petugas datang dengan pakaian protap kesehatan masyarakat juga langsung kaget. Tidak bisa terima,” ujarnya.
Akan tetapi, kata dia, secera perlahan setelah dilakukan sosialisasi tentang pencegahan, masyarakat mulai paham. Pihaknya juga dalam setiap kesempatan ikut melakukan sosialisasi mengenai pencegahan dan penanganan COVID-19 kepada masyarakat.
“Bila ada musyawarah kampung dan kini validasi data penerima BLT Dana Desa, kami turun dari kampung ke kampung, dan di momen itu dimanfaatkan untuk sosialisasi menyampaikan pesan-pesan pemerintah tentang pencegahan COVID-19 mulai dari hal sederhana yakni mencuci tangan pakai sabun, menggunakan masker, dan menjaga jarak dalam melakukan aktivitas,” sebutnya.
Beberapa hari ini, lanjut Aswansi, tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat melakukan sosialisasi menggunakan bahasa Hatam. Hal itu dinilai lebih tepat dan bisa dipahami masyarakat.
“Karena mungkin ada orang tua yang kurang mengerti bahasa Indonesia, tapi ketika sosialisasi dengan bahasa Hatam ternyata mereka bisa paham,” ujarnya.
Diakuinya, selama ini tidak ada sosialisasi untuk masyarakat Warpramasi dari Gugus Tugas baik kabupaten maupun provinsi. Namun, sebelum ada penyemprotan disinfektan di kota, di Distrik Warmare sudah melakukannya secara mandiri. Namun, itu terbatas pada tempat umum.
Dia berharap dengan semakin banyaknya sosialisasi, semakin banyak masyarakat yang mengerti tentang pencegahan dan penanganan COVID-19. Dengan demikian, diharapkan ke depan stigma masyarakat tentang orang yang terkena COVID-19 semakin menurun.
“Saya selalu sampaikan jangan terlalu takut dengan yang namanya Corona karena kita tidak pernah tahu, karena tidak terlihat. Jadi kita harus senantiasa melakukan soialisasi kepada masyarakat bahwa kalau ada orang sakit jangan terlalu ditakuti. Tetapi bagaimana kita sosialisasi agar mau dikarantina,” imbuhnya.
Sebab, tambah Aswandi, ada stigma di masyarakat bahwa dikarantina itu seperti dipenjara karena mereka tidak tahu tentang dikarantina. Padahal, dikarantina itu hanya dipisahkan tapi diawasi dan diobati supaya sembuh.
“Mereka selama ini belum tahu yang karantina itu yang bagaimana. Pemikiran mereka dikarantina kita dapat penjara, tidak boleh ke mana-mana. Padahal, karantina dari sisi kesehatan dipisah supaya dengan begitu tidak ada penularan. Jadi sekarang mereka sudah mulai mengerti,” tukasnya. (SM7)