MANOKWARI, – Tim dari Universitas Papua (Unipa) membantu melakukan kajian potensi dan desain tapak pembangunan destinasi ekowisata di Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf). Pelaksanaan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi itu merupakan kerja Fakultas Kehutanan Unipa dengan Dinas Pariwisata Papua Barat.
Ketua Tim Kajian, Prof. Sepus Fatem, mengatakan bahwa tantangan terberat di Papua Barat saat ini adalah melakukan pendataan potensi pariwisata air, sehingga bisa meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Karena itu, Unipa membantu Pemprov Papua Barat mengidentifikasi dan menginventarisasi potensi ekowisata khususnya di Kabupaten Pegaf.
“Kita lakukan seminar awal tanggal 6 November dan tanggal 13-25 November itu proses kajian dilaksanakan di lapangan untuk pengambilan data,” katanya.
Dari proses pengambilan data itu, lanjutnya, ada sekitar 12 lokasi ekowisata Kabupaten Pegaf potensial yang akan ploting sebagai bagian dari tanggung jawab Unipa untuk membantu Dinas Pariwisata Papua Barat dan Kabupaten Pegaf.
Menurutnya, kajian ekowisata yang dilakukan adalah bagian dari kerangka besar pembangunan berkelanjutan yang salah satunya sektor pariwisata, yang juga bagian dari investasi hijau (green investment).
Prof Fatem menjelaskan, ada tiga dokumen yang akan dikerjakanyaitu studi tentang potensi, penyusunan detail engineering design atau desain tapak rencana pembangunan, dan perhitungan estimasi anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan ekowisata Pegaf. Dokumen-dokumen tersebut yang biasanya dibutuhkan di kementerian untuk usulan pembangunan pariwisata menggunakan skema APBN.
“Kita bersyukur karena ini tanggung jawab moril Unipa untuk mendorong pembangunan berkelanjutan lewat kajian ekowisata di Kabupaten Pegaf,” ujarnya.
Prof Fatem mengatakan, Kabupaten Pegaf memiliki potensi ekowisata yang potensial untuk dikembangkan. Ada ekosistem danau, potensi bunga, burung pintar, dan air terjun yang lagi viral adalah salah satu air terjun terbesar di Papua Barat.
“Potensi ini kalau dikembangkan secara baik melalui pemerintah dan dikomunikasikan secara baik dengan kementerian, maka akan memberikan kebermanfaatan dan konsep yang nanti kita dorong namanya Community Based Ecotourism atau tau ekowisata yang berbasis masyarakat lokal,” bebernya.
“Nanti di seminar akhir kami akan sampaikan ke pemerintah tentang potensi yang kita dapat di lapangan. Ini bagian dari tanggung jawab Unipa untuk mendorong konsep pembangunan berkelanjutan di kabupaten/kota, sehingga mampu menolong pembangunan masyarakat dan keberlanjutan sumber daya alam,” sebutnya.
Prof Fatem menambahkan bahwa Pemkab Pegaf antusias terhadap kajian yang dilakukan. Karena itu, dia berharap apa yang dikerjakan Fakultas Kehutanan Unipa tidak sekadar studi tapi harus ada keberlanjutan dengan membangun komunikasi di kementerian untuk menyampaikan usulan yang sudah dibuat.
“Karena dokumen-dokumen yang dibutuhkan di kementerian hari ini kita sudah kerjakan yaitu studi tentang potensi dan rancangan gambar destinasi tapak wisata yang akan dibangun serta rencana anggaran yang dibutuhkan,” tukasnya. (SM)