JAKARTA, – Usia perempuan menikah ke depan akan makin mundur. Rata-rata usia perempuan menikah sekarang 22 tahun atau lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Demikian diungkap oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo.
“Ke depan rata-rata perempuan menikah usianya semakin delay, semakin mundur. Sekarang rata-rata sudah mencapai 22 tahun untuk perempuan. Beberapa tahun lalu masih di bawahnya itu,” kata Hasto dalam Rakernas BKBBN di kantornya, Jakarta Timur, Rabu (25/1/2023).
Hasto mengatakan total fertility rate Indonesia mencapai angka 2,1. Hasto mengatakan angka ini sebenarnya menjadi target pada 2024.
“Perlu kami sampaikan kepada Bapak Presiden istilah total fertility rate mengandung arti bahwa perempuan itu harus melahirkan anak berapa, dan total fertility rate ditarget 2,1 dalam rangka untuk pertumbuhan penduduk seimbang, ini adalah target tahun 2024. Akan tetapi berbagai hasil pendataan dan juga survei menunjukkan bahwa hari ini angka itu sudah mendekati 2,1,” ujar Hasto.
Hasto mengatakan angka itu memberikan kabar bahagia sekaligus mengkhawatirkan. Rata-rata perempuan hanya praktis melahirkan 1 anak perempuan.
“Kami lakukan pendataan keluarga, ya ini boleh tepuk tapi juga boleh tidak tepuk, sebetulnya karena 2,1 bisa membahagiakan dan mengkhawatirkan. Karena angka 2,1 berarti perempuan-perempuan hanya praktis akan melahirkan 1 anak perempuan rata-rata. Sehingga pas sekali bahwa 1 perempuan meninggal digantikan 1 perempuan lahir sehingga nanti akan berkesinambungan sustainability-nya terjaga,” ujar dia.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan angka penduduk di Indonesia yang menikah dan hamil masih cukup tinggi. Jokowi senang tak ada resesi seks di Indonesia.
“Saya senang angka yang disampaikan Dr Hasto pertumbuhan kita di angka 2,1 dan yang menikah 2 juta, yang hamil 4,8 juta artinya di Indonesia nggak ada resesi seks. Masih tumbuh, 2,1 ini masih bagus,” kata Jokowi di di Rakernas BKBBN di Jakarta Timur.
Jokowi mengatakan jumlah penduduk menjadi kekuatan sesuatu negara. Namun dia mengingatkan juga mengenai pentingnya kualitas sumber daya manusia.
“Dan ingat bahwa yang namanya jumlah penduduk ini sekarang jadi sebuah kekuatan ekonomi bagi sebuah negara. Tetapi yang paling penting memang kualitas,” ujar Jokowi. (*)