QATAR, suaramandiri.co – Dalam pertandingan pemungkas Grup G pada Jumat (3/12/2022) malam Swiss menang dengan skor 3-2 atas Serbia. Namun kemenangan itu dibarengi dengan tindakan yang mencoreng sportivitas di Piala Dunia 2022. Pemain Swis, Granit Xhaka melakukan aksi tak pantas saat memprovokasi pemain Serbia.
Laga ini memang berlangsung ketat dan panas dengan sejumlah momen politis. Saat mencetak gol pada menit ke-20, Xherdan Shaqiri membuat gestur tutup mulut ke arah bench Serbia. Ini seperti mengulang kisah Piala Dunia 2018, di mana Shaqiri merayakan dengan selebrasi elang.
Tak hanya Shaqiri, Xhaka juga ikut selebrasi provokatif itu. Karenanya FIFA menjatuhkan denda sebesar 10.000 franc Swiss atau setara Rp164 juta atas perilaku tidak sportif itu.
Elang adalah lambang dari Albania. Mayoritas negara di dunia mengakui kedaulatan Albania, tetapi tidak dengan Serbia. Karenanya duel Swiss dengan Serbia ini agak dihiasi nuansa politik.
Saat pertandingan berjalan, Xhaka kedapatan memegang kemaluannya ke arah bench Serbia. Itu terjadi setelah perang kata-kata dari jarak jauh antara pemain cadangan Serbia dengan Xhaka.
Mengenai insiden itu Xhaka menyebutkan emosional. Namun demikian tak ada niatan politis, karena tetap fokus dalam pertandingan sepak bola. Ini dianggap sebagai momen tidak struktural.
“Saya melihat Granit [Xhaka] fokus pada sepak bola. Itu adalah permainan yang adil. Itu adalah pertukaran normal dengan sedikit emosi,” kata Murat Yakin, pelatih Swiss soal ulah Xhaka.
“Kami kehilangan banyak kekuatan dan banyak emosi. Kami memulai dengan baik, memimpin tetapi kemudian kami kehilangan penguasaan bola dua kali dan tertinggal,” ujarnya dilansir dari Daily Mail.
Pelatih Serbia Dragan Stojkovic menolak mengatakan bahwa pemainnya diprovokasi oleh tindakan pemain Swiss, utamanya Shaqiri dan Xhaka. Menurutnya ada hal-hal natural yang tidak bisa dikontrol di sepak bola.
“Mungkin, tapi saya tidak tahu persis apa yang terjadi. Saya tidak bisa memberi Anda alasan mengapa. Terkadang ketegangan datang, dan beberapa mungkin kata-kata buruk,” ujar Stojkovic.
Momen politis lainnya yang terjadi di Piala Dunia adalah kampanye anti-LGBT dari Jerman. Sebelum duel melawan Arab Saudi pemain berpose menutup mulut tanda perlawanan atas aturan Qatar.
Ada pula aksi invasi suporter membawa bendera LGBT yang kemudian ada aksi balasan dengan aksi invasi membawa bendera Palestina. Ada pula aksi provokasi ke Jerman dengan membawa gambar Mesut Ozil. (*)