SUARAMANDIRI, – Berhaji merupakan impian setiap kaum muslimin. Namun untuk dapat melaksakan haji dibutuhkan biaya dan tenaga yang luar biasa.
Sebelum ditemukannya teknologi pesawat seperti sekarang perjalanan ibadah haji adalah perjalanan yang bahkan hanya bisa ditempuh dalam hitungan bulan.
Ibadah haji adalah ibadah yang dikaitkan langsung dengan kemampuan para hamba-Nya, maka ada hikmah tertentu yang menunjukkan kebijaksanaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Orang-orang beriman akan berupaya untuk menerima ketentuan tersebut tanpa merasa berat hati.
Mari kita simak khutbah jumat singkat tentang meneladani kisah Abdullah bin Mubarak
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Ada kisah menarik tentang suatu ulama yang meskipun tidak berhaji tapi mendapatkan kemuliaan seperti haji mabrur, yaitu kisah Abdullah bin Mubarak.
Kisah tersebut bisa ditemukan dalam kitab An-Nawadir karya syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi telah dikisahkan dahulu kala ada seorang ulama zuhud yang bernama Abdullah bin Mubarak.
Beliau berangkat menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Akan tetapi sesampainya beliau di kota Kufah, Abdullah bin Mubarak menghentikan perjalanannya hingga akhirnya dia batal menunaikan ibadah haji.
Ternyata ada sesuatu hal yang menahannya yaitu ketika dengan mata kepalanya sendiri dia menyaksikan seorang perempuan yang dalam kondisi miris terpaksa memakan bangkai itik. Bahkan perempuan itu mengajak pula anak-anaknya untuk memakan bangkai itik untuk menghilangkan rasa lapar.
Abdullah bin Mubarak sempat menegur dan mengingatkan bahwa bangkai itik itu haram dikonsumsi. Namun perempuan itu tetap memakannya dengan alasan keterpaksaan. Sudah tiga hari mereka mengais kesana kemari dan tidak menemukan makanan. Maka untuk mempertahankan hidup, satu keluarga miskin tersebut rela memakan apa saja yang ditemuinya.
Melihat kondisi keluarga tersebut, Abdullah bin Mubarak merasa terenyuh. Ia kemudian menyedekahkan keledai tunggangannya beserta barang-barang bawaannya , bekal dan bahkan pakaian kepada keluarga perempuan miskin itu.
Hingga akhirnya Abdullah bin Mubarak kini tak memiliki bekal untuk melanjutkan perjalanannya ke tanah suci. Perjalanannya tertunda beberapa lama di kota Kufah sampai dengan berakhirnya musim haji. Abdullah bin Mubarak pun gagal melaksanakan haji pada tahun itu.
Namun hal ajaib terjadi, ketika Abdullah bin Mubarak pulang ke kampung halamannya, ia kaget karena disambut luar biasa oleh masyarakat selayaknya orang yang baru pulang berhaji.
Dalam hatinya Abdullah bin Mubarak merasa protes dan malu dan akhirnya ia berterus terang bahwa ia gagal pergi menunaikan ibadah haji di tanah suci.
“Sungguh aku tidak menunaikan ibadah haji tahun ini ” ucap Abdullah bin Mubarak meyakinkan masyarakat.
Akan tetapi warga masyarakat yang baru saja pulang haji mengatakan bahwa Abdullah bin Mubarak ada di Makkah bahkan membantu teman-temannya menyiapkan bekal, memberi minum, sampai membelikan sejumlah barang untuk bekal pulang.
Setelah peristiwa aneh bin ajaib tersebut, Abdullah bin Mubarak tertidur dan dalam mimpinya ia mendapatkan jawaban atas fenomena tersebut. Dalam tidurnya Abdullah bin Mubarak mendengar suara,”Hai Abdullah, Allah telah menerima amal sedekahmu dan mengutus malaikat menyerupai sosokmu menggantikanmu untuk beribadah haji.”
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Subhanallah, Allah menggambarkan kepada kita kemuliaan orang yang bersedekah. Apa yang dilakukan Abdullah bin Mubarak merupakan prioritas dalam beribadah. Haji adalah ibadah tapi sedekah juga merupakan ibadah.
Abdullah bin Mubarak memilih bersedekah kepada orang miskin sebab sedekah di kala itu sangat dibutuhkan. Namun bukan berarti Abdullah bin Mubarak meremehkan ibadah pergi haji ke Makkah. Beliau hanya mendahulukan apa yang seharusnya didahulukan.
Kisah diatas mengajarkan kita untuk tidak perlu bersedih jika belum mampu berangkat haji lantaran keterbatasan ekonomi atau halangan lainnya. Sebab, selain memenuhi kewajiban suatu ibadah, seseorang juga diharuskan memikirkan mana yang lebih prioritas untuk dilaksanakan. Islam agama rahmatan lil alamin tidak memaksakan orang miskin untuk berangkat haji ketika ia masih kesulitan untuk menafkahi anak dan istrinya.
Pelajaran kedua yang bisa kita teladani dari kisah Abdullah bin Mubarak yaitu ia telah melaksanakan “al-birru” atau kebajikan yang memang sangat dianjurkan dalam Islam. Ia dengan ikhlas dan rela menyedekahkan sesuatu yang sungguh ia perlukan untuk menunaikan ibadah haji.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an dalam surah Ali Imran ayat 92 yang artinya:
“Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan (yang sempurna) sebelum kalian mendermakan sebagian dari hartamu yang kamu cintai. (QS. Ali Imran : 92)
Demikian khutbah tentang kisah Abdullah bin Mubarak, semoga kita termasuk orang-orang yang kelak bisa menunaikan ibadah haji ke Baitullah dan tak hanya itu juga menjadi orang-orang yang memiliki perhatian sosial tinggi kepada orang miskin.
Wallahu a’lam bish shawab.(*)