HIKMAH JUMAT : Cara Cerdas dalam Beramal

Amal

PENULIS : Dr. Abidin, S.T., M.Si. — Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina

Setiap manusia pasti akan merasakan kematian. Tak ada satu pun manusia yang akan abadi dan hidup selamanya di dunia ini. Allah SWT menyatakan hal ini melalui firman-Nya yang artinya:

Bacaan Lainnya

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya [21]: 35).

Berdasarkan ayat di atas setidaknya terdapat tiga hal yang perlu dicermati. Yang pertama adalah bahwa setiap manusia pasti akan merasakan kematian, tanpa terkecuali. Presiden ataupun rakyat biasa, kaya maupun miskin, apapun latar belakangnya, seluruhnya akan mati dan meninggalkan dunia yang fana ini.

Yang kedua adalah bahwa dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini, setiap manusia pasti akan menjumpai berbagai ujian berupa keburukan maupun kebaikan. Apapun ujian yang harus dijalani oleh manusia, pada dasarnya seluruhnya merupakan cobaan dari Allah SWT.

Yang ketiga adalah bahwa manusia dan juga makhluk yang bernyawa lainnya, semuanya akan kembali kepada Allah SWT. Permasalahannya adalah kematian bagi manusia tidak mengakhiri segalanya, dia harus mempertanggungjawabkan seluruh fasilitas yang telah Allah berikan kepadanya.

Allah SWT telah melimpahkan begitu banyak fasilitas dan kenikmatan kepada setiap manusia. Oleh karenanya Allah SWT mengingatkan melalui firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya” (QS. Al-Isra [17]: 36).

Selain itu, Baginda Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sungguh nikmat yang akan ditanyakan kepada seorang hamba pertama kali pada hari kiamat kelak adalah dengan pertanyaan: bukankah Kami telah memberikan kesehatan pada badanmu dan telah memberikan kepadamu air yang menyegarkan?” (HR. Tirmidzi).

Inilah yang disebut ujian bagi manusia ketika manusia menjalani hidup dan kehidupannya di dunia. Diberikan kesehatan dan kenikmatan lainnya, bahkan juga waktu luang, namun sebagian besar manusia justru terlena dengan nikmat-nikmat tersebut.

Nikmat sehat dan sempat lebih banyak digunakan sebagian besar manusia untuk beraktivitas tanpa makna dan sia-sia belaka. Sebagaimana hadits dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Nabi SAW bersabda: “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari).

Oleh karena itu, selagi nafas masih berhembus dan raga belum terpisah dari nyawa, manfaatkanlah segala fasilitas dari Allah SWT untuk melakukan berbagai amal. Cerdas-cerdaslah kita memilih amal yang patut kita lakukan, karena tidak seluruh amal dinilai shalih di hadapan Allah SWT.

Jenis-jenis Amal

Sejatinya amal seseorang itu terbagi menjadi tiga jenis.

1. Amal yang Bersifat Rutinitas Belaka.

Seseorang melakukan amal ini karena memang rutinitas atau kebutuhan yang harus dipenuhi, tak lebih dari itu niat dan motivasinya.

Misalnya seseorang terbiasa melakukan berbagai aktivitas seperti makan, minum, dan bekerja atau aktivitas rutin lainnya. Jika aktivitas-aktivitas tersebut niat dan motivasinya hanya untuk memenuhi kebutuhan dan atau status saja, maka aktivitas orang tersebut tidak bernilai ibadah atau amal shalih dalam pandangan Allah SWT.

Orang tersebut mungkin hanya akan memenuhi kebutuhan dunia dan atau mendapatkan status saja. Dengan makan perut menjadi kenyang, dengan minum dahaga jadi hilang, dengan bekerja dia mendapatkan penghasilan dan atau status di mata orang lain. Hanya itu yang dia dapatkan.

2. Amal Shalih

Aktivitasnya boleh sama dengan aktivitas rutin yang dilakukan seseorang. Namun demikian, nilainya berbeda di hadapan Allah SWT. Seseorang yang melakukan amal shalih, berhasil mentransformasi aktivitas rutin menjadi bernilai ibadah.

Transformasi yang dilakukan sejatinya sangatlah mudah. Awali dan akhiri setiap aktivitas rutin tersebut dengan do’a, niatkan semuanya karena Allah SWT, dan tata caranya mengikuti tuntunan dan contoh dari Baginda Rasulullah SAW.

Tidak hanya perut yang kenyang dan dahaga yang hilang atau tidak hanya penghasilan dan status yang didapatkan, namun pahala dan keberkahan akan diterima oleh orang tersebut dari setiap rutinitasnya. Tidak hanya di dunia, bahkan bisa jadi hingga di akhirat pahalanya terus mengalir.

Setiap amal shalih jika telah dilakukan maka disebut shadaqah. Shadaqah terbagi menjadi dua yakni jariyah dan tsabitah. Shadaqah jariyah adalah aktivitas yang pahalanya tidak hanya diperoleh ketika seseorang beramal, namun pahalanya tetap akan terus mengalir walaupun orang tersebut telah meninggal dunia.

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak shalih yang berdo’a baginya.” (HR. Muslim).

Setiap manusia pasti akan menjumpai berbagai ujian berupa keburukan maupun kebaikan.

Sementara itu, yang disebut dengan shadaqah tsabitah adalah aktivitas yang ketika aktivitas tersebut dikerjakan maka saat itulah pahalanya diberikan. Pahala tidak akan diterima seterusnya, terlebih jika orang tersebut telah meninggal dunia atau sesuatu yang dishadaqahkan telah usang.

Dengan melakukan amal shalih, maka seseorang yang melakukannya tidak hanya mendapatkan kebaikan selama hidup di dunia, namun juga akan mendapatkan kebaikan berupa pahala atau ganjaran hingga ke negeri akhirat.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.” (QS. Al-Zalzalah [99]: 7-8).

3. Amal Salah

Seperti halnya uraian di atas, aktivitasnya boleh sama seperti makan, minum, bekerja dan aktivitas-aktivitas rutin lainnya. Namun bedanya adalah selain niat dan caranya, sumbernya juga tidak halal.

Misalnya saja makan dan minum. Makanan dan minumannya bersumber dari yang tidak halal seperti hasil menipu, mencuri, atau korupsi. Pekerjaan yang dilakukannya juga melanggar aturan negara dan agama. Tentu aktivitas-aktivitas seperti ini tidak hanya salah di hadapan Allah SWT, namun juga salah di mata hukum negara.

Bisa juga sumbernya adalah halal. Uang yang digunakan untuk membeli makanan dan minuman diperoleh dengan cara yang baik, sah secara aturan agama maupun negara.

Baca Juga: Inilah 5 Tradisi Perayaan Jumat Agung di Seluruh Dunia

Namun sayangnya, makanan dan minuman yang dibelinya adalah makanan dan minuman yang haram. Tentu amal yang seperti ini juga termasuk ke dalam kategori amal salah.

Amal salah seperti aktivitas di atas dan yang sejenis lainnya, tentu tidak hanya menimbulkan kerugian bagi pelakunya, namun bisa jadi juga menimbulkan kemudharatan bagi orang lain. Selain itu, amal salah akan menyebabkan pelakunya dimasukkan ke dalam neraka oleh Allah SWT.

Berdasarkan uraian di atas, di sisa usia yang kita miliki saat ini, cerdas-cerdaslah dalam beramal. Beramallah dengan amal yang shalih baik itu shadaqah tsabitah, terlebih lagi shadaqah jariyah. Dengan nilai materi yang sama, namun pahala yang diterima akan jauh berbeda.

Selagi nafas masih berhembus dan raga belum terpisah dari nyawa, manfaatkanlah segala fasilitas dari Allah SWT.
Wallahu a’lam bish-shawab.(*)

Pos terkait