MANOKWARI, – Berbagai persiapan menjelang HUT Pekabaran Injil di Tanah Papua, tanggal 5 Februari 2025 terus dilakukan. Partisipasi dan dukungan berbagai pihak baik gereja, lembaga pemerintah maupun kelompok sosial lainnya diwujudkan melalui keterlibatan dalam berbagai perlombaan, pembersihan pulau Mansinam, penataan halaman kantor maupun lingkungan gereja dan organisasi lainnya, guna mendukung perayaan akbar ibadah Syukur HUT ke 170 tahun Injil Masuk di Tanah Papua.
Merespon hal ini, Dewan Pimpinan Wilayah FGM GKI Papua Barat dan DPC FGM GKI Kabupaten Manokwari mengelar aksi bersih bersih, penataan pusara Pdt Carl Wiliam Ottow di Kwawi Manokwari. Kegiatan pembersihan dan penataan dilakukan pada hari Rabu, 20 Januari 2025 pukul 09.00-14.00 WIT. Jajaran pengurus DPW FGM GKI Papua Barat dan DPC FGM GKI Kabupaten Manokwari terlibat dalam pembersihan dan penataan lokasi pusara Pdt Carl William Ottow dan beberapa murid-murid nya seperti Yohan Ariks.
Kita memilih pembersihan dan penataan pusara Pdt Carl William Ottow dan beberapa tokoh pekabar injil sebagai simbolisasi menghormati jerih payah lelah mereka dalam rintisan pembangunan Papua yang dimulai 5 Februari 1855. Mereka telah tiada namun spirit dan doa mereka telah mengubah orang Papua dan tanah Papua. Artinya bahwa mereka telah membentuk nilai histori yang cukup panjang dan bernilai besar bagi pembangunan Papua, ujar salah satu pengurus FGM GKI Papua Barat.
Kehadiran Carl William Ottow dan Johan Gotlob Geisler merupakan sebuah kenicayaan yang sejatinya memiliki kesejarahan yang memiliki nilai sosial, nilai religi bahkan nilai pembangunan bagi orang Papua melanesia dan Tanah Papua. Pembangunan Papua hari ini merupakan multiplayer effect dari kehadiran pekabaran Injil yang dilakukan oleh kedua zendeling Pdt.Carl William Ottow dan Pdt. Johan Gottlob Geisler maupun para pekabar Injil lainnya, Papar Ketua DPW FGM GKI Papua Barat, Sepus M Fatem, di sela-sela kegiatan kerja bhakti kepada Awak Media.
Di Tambahkan bahwa 170 tahun HUT Pekabaran Injil merupakan usia perjalanan yang cukup panjang dari spirit pekabaran Injil di Tanah Papua. Kredo Mansinam ‘’ in gottes namen bedraden wir das land’’ dengan nama Tuhan kami injak Tanah ini, telah terbukti membuka tabir kekafiran dan keterbelakangan orang asli Papua’’ Doa itu menandai bahwa bangsa Papua merdeka di atas tanahnya.
Bangsa Papua bebas dari keterbelakangan, ketertinggalan dan mengalami transformasi jati diri dan pembaharuan iman. Doa itu telah membuat Tanah Papua dan orang Papua diberkati dan menjadi orang-orang sukses dimana saja. Ada Gubernur, Ada Bupati, Ada kepala Dinas orang asli Papua, kepala distrik, Kapolda orang Papua, ada kapolres orang Papua, Ada Jaksa orang Papua dan lainnya. Itu bukti dari buah pekabaran Injil, ungkap Sepus M Fatem. Ketika ditanya awak media, apa yang menjadi pesan bagi gereja dan orang Papua menjelang perayaan 170 tahun HUT PI di Tanah Papua, tanggal 5 Februari 2025, menurutnya pertanyaan yang perlu direnungkan bagi kita semua adalah bahwa di Usia ke 170 tahun ini; apa yang hendaknya kita berikan kepada gereja, kepada Tuhan dan kepada orang asli papua diatas tanah ini?, ungkap Akademisi Universitas Papua Sekaligus Ketua FGM GKI Papua Barat itu.
Dijelaskan lebih lanjut kepada awak Media bahwa Dinamika Papua hari ini tidak terlepas dari geo pilitik dan geo strategis dunia, sehingga sikap iman dan aksi iman warga gereja dan orang -orang asli Papua untuk menjaga Papua, merawat Papua menjadi penting.
Kita diperhadapkan dengan persoalan depopulasi orang asli Papua karena migrasi yang tinggi di Papua; Perampasan tanah adat, konflik antara orang asli Papua dan korporasi; Stunting atau gizi buruk, angka partisipasi murni (APM) siswa di Tanah Papua yang cenderung menurun dari waktu ke waktu, korupsi yang menjerat anak-anak Papua, maupun akselerasi implementasi otonomi khusus Papua. Ini menandakan bahwa social safe guard orang asli Papua perlu dibenahi dalam rangka menata masa depan Papua yang lebih baik, kuat dan maju. Otonomi khusus Papua jilid kedua yang diberikan oleh Pemerintah bagi orang asli Papua, melalui Undang-undang Nomor 2 tahun 2021 harus bisa dimaksimalkan oleh semua pihak untuk membangun Papua. Semua orang yang hadir dan hidup di Tanah Papua, harus menghormati Tanah Papua, khususnya menghormati Manokwari sebagai kota peradaban, kota Injil.
Apapun status sosial, latar belakang, suku, agama dan ras harus mengerti bahwa Pulau Mansinam, Kota Manokwari memiliki kekhususan dengan daerah lain di seluruh Tanah Papua dan Indonesia bahkan di dunia, demikian penegasanya. Usia 170 tahun Pekabaran Injil di Tanah Papua harus menjadi moment refleksi diri untuk membangun Papua dimulai dari Mansinam. Mansinam adalah titik perjumpaan orang asli Papua dengan Injil, Mansinam adalah ladang pertemuan Injil dan orang Papua, suku lain yang telah datang dan mengabdi di Tanah Papua.
Injil mengajarkan tentang hidup yang penuh dengan semangat, hidup yang penuh dengan inovasi, hidup yang penuh dengan sikap kritis dan maupun hidup yang penuh dengan perjuangan artinya bahwa gereja dan jemaat memiliki tugas menyampaikan pesan profetis di tengah tengah dinamika pembangunan di Tanah Papua, ungkapnya menutup wawancara Awak Media di Lokasi Pusara Pdt Carl William Ottow. (*)