MANOKWARI, – Angka prevalensi stunting di Papua Barat saat ini sebesar 26,2 persen. Angka itu lebih tinggi dari angka nasional.
Ditargetkan angka prevalensi stunting Papua Barat turun menjadi 22,02 persen di akhir tahun in. Karena itu, butuh intervensi program dari semua sektor.
Kepala BKKBN Perwakilan Papua Barat, Philmona M. Yarollo, mengemukakan bahwa program stunting merupakan program prioritas nasional. Angka prevalensi stunting nasional saat ini sebesar 24,4 persen dan ditargetkan turun menjadi 14 persen di tahun 2024.
Untuk Papua Barat, kata Yarollo, angka prevalensi stunting 26,2 persen. Angka ini lebih tinggi dari nasional yakni 24,4 persen.
“Artinya kurang lebih 26 ribu anak di Papua Barat yang mengalami stunting,” ujarnya pada sosialisasi dan edukasi pencegahan stunting dan gizi buruk pada anak bagi pengurus dan anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi Papua Barat, Kamis (01/09/2022).
Menurutnya, sesuai survei status gizi Indonesia, angka pravalensi stunting Kota Sorong 19,9 persen dan merupakan yang terendah di Papua Barat, sedangkan tertinggi adalah Kabupaten Pegunungan Arfak dengan angka prevalensi stunting 40,1 persen.
“Dari 13 kabupaten/kota yang ada, angka prevalensi stunting di 11 kabupaten lebih tinggi dari angka prevalensi stunting Provinsi Papua Barat. Ini menjadi tantangan bersama pemerintah daerah dan lintas sektor untuk bekerja bersama, bergotong royong dengan program intervensi masing-masing karena tidak bisa dikerjakan oleh satu sektor saja. Jadi penurunan angka stunting ini menjadi tanggung kita bersama,” tegasnya.
Pihaknya, kata Yarollo, diberikan target oleh pemerintah pusat untuk menurunkan angka stunting di Papua Barat. Untuk saat ini angka prevalensi stunting 26,2 persen dan ditargetkan menjadi 22,02 persen di akhir tahun. Tahun 2023 ditargetkan turun menjadi 18,13 persen, dan tahun 2024 ditargetkan turun lagi menjadi 14,39 persen.
“Untuk mencapai target-target ini, dibutuhkan intervensi program dari semua lintas sektor. Jadi nanti di akhir tahun akan dilakukan survei lagi oleh Kemenkes dan akan dilihat angka prevalensi kita apakah angkanya turun atau naik,” ujarnya.
Perwakilan Papua Barat, tambah Yarollo, telah melakukan kegiatan intervensi guna percepatan penurunan angka stunting. kegiatan-kegiatan itu di antaranya melakukan kerja sama dengan sejumlah instansi dan organisasi di Papua Barat, membentuk tim pendamping keluarga (TPK), bimbingan konseling pranikah, membuat Pergub tentang Percepatan Penurunan Stunting dan Pergub tentang Strategi Pencegahan Penurunan Stunting melalui Pendewasaan Usia Perkawinan, membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), dan membentuk tim audit kasus stunting.
Ketika membuka kegiatan itu, Ketua DWP Provinsi Papua Barat, Sulastri Mandacan, mengatakan bahwa stunting telah menjadi permasalahan yang serius. Sebab dapat menyebabkan lost generation atau hilangnya satu generasi dan menjadi ancaman bangsa di masa depan serta menyebabkan kerugian negara.
“Oleh karena itu, sesuai arahan Bapak Presiden, maka penanggulangannya memerlukan kolaborasi berbagai pihak, tidak saja dari pemerintah namun juga komponen masyarakat. Kurangnya pemahaman dan rendahnya kesadaran masyarakat mengenai stunting dan dampaknya menjadi tantangan tersendiri yang harus disikapi secara serius oleh berbagai pihak,” katanya.
Menurut Mandacan, menindaklanjuti hasil rapat kerja DWP di Bali beberapa waktu lalu, mmaka pihaknya melaksanakan kegiatan sosialisasi dan edukasi terkait pencegahan stunting. KKegiatan tersebut merupakan bentuk keperdulian dan dukungan DWP Provinsi Papua Barat terhadap upaya pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan kesadaran akan dampak stunting yang secara langsung akan berdampak pula pada berkurangnya angka prevalensi stunting dan gizi buruk di Provinsi Papua Barat.
“Sebagai seorang ibu tentunya kita memiliki peran yang sangat penting dalam melahirkan dan merawat anak-anak generasi penerus kita. Kita semua di sini bertanggung jawab atas lahirnya generasi muda penerus bangsa yang kuat, sehat, dan cerdas. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita membekali diri dengan pengetahuan yang cukup terkait penyiapan penerus kita yang berkualitas. Bagi ibu-ibu anggota yang masih muda dan berencana memiliki buah hati lagi, mari siapkan diri sejak dini agar terlahir anak-anak yang sehat, kuat, dan cerdas. Demikian pula bagi ibu-ibu yang memiliki anak-anak remaja dan memasuki usia perkawinan, mari bekali dan kawal anak-anak kita agar mereka juga melahirkan generasi penerus yang sehat, kuat, dan mampu bersaing di dunia,” katanya. (SM7)