Ketua Pansus Covid DPRD Manokwari Minta Masyarakat Jeli Menerima Informasi terkait Vaksinasi

Seorang pelaku usaha divaksin pada vaksinasi massal bagi pelaku usaha, Kamis (29/7/2021).

MANOKWARI – Masyarakat diminta jeli menerima informasi tentang vaksinasi Covid-19. Jika ada informasi yang masih diragukan kebenarannya terkait vaksinasi, masyarakat bisa menanyakan langsung kepada pihak yang berkompeten agar tidak keliru mendapatkan jawaban.

Pemintaan itu disampaikan Ketua Pansus Covid-19 DPRD KAbupaten Manokwari, Suriyati Faisal.

Bacaan Lainnya

Menurut Suriyati, saat ini sudah banyak media massa. Oleh karena itu, masyarakat bisa memperoleh informasi melalui media massa mengenai vaksinasi.

“Kita ini media sudah banyak, lebih baik kita buka saja berita yang baik-baik, yang benar. Kalau masih ragu, bimbang dengan informasi mengenai vaksin coba ditanyakan langsung kepada yang kompeten, yaitu ya orang kesehatan, dokter, pelayanan kesehatan masyarakat,” ujarnya.

Sejauh ini, ada kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) ringan terkait vaksinasi Covid-19, namun itu dinilai wajar. Sementara untuk kasus KIPI berat, ada beberapa yang disampaikan masyarakat, namun setelah dievaluasi bukan karena vaksinasi.

“Untuk kasus KIPI ringan memang ada. Wajjar. Yang berat juga ada beberapa dan sudah dievaluasi oleh Komnas KIPI ternyata hasil sementara bukan karena pengaruh vaksinasi tapi karena pengaruh lain karena jarak kejadian jauh sekali dari waktu divaksinasi. Harusnya KIPI berat itu muncul dalam 30 menit pertama. Kalau ada apa-apa akan terjadi di situ. Itu artinya setelah berhari-hari itu bukan lagi karena vaksinasi,” ujar Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari, Marthen Rantetampang.

Baca Juga:  Pembukaan Sidang Ranperda APBD Kabupaten Manokwari Tahun 2022: Molor 2,5 Jam dan Diskors 1 Jam karena tidak Kuorum  

Mengenai KIPI berat setelah vaksinasi yang pernah ditemukan, menurut dia, hanya berdasarkan laporan masyarakat.

“Contoh kasus di Arowi, masyarakat menyampaikan di medsos bahwa dia meninggal karena vaksinasi. Padahal harinya dari tanggal 8 diimunisasi kemudian nanti kejadiannya setelah lebih dari 10 hari. Jadi sejauh ini belum ada KIPI berat dari vaksinasi. Kalaupun ada yang mengarah ke berat itu sudah ditangani dan tidak ada masalah,” tegasnya.

Mengantisipasi adanya KIPI, menurut Rantetampang, sangat diperlukan kejujuran calon penerima vaksin ketika melalui proses screening. Calon penerima vaksin harus terbuka mengenai apa yang dialami dan penyakit yang diderita.

“Jangan-jangan sampai mau berangkat terus memaksakan harus vaksinasi. Salah satu contoh, kemarin di belakang perbankan itu sudah jelas leukosit tinggi dia paksakan harus berangkat Sorong, sehingga harus divaksin. Sudah dijelaskan harus perbaiki dulu sampai kondisi bagus lalu kemudian berangkat. Begitu kita kasih pemahaman, (beri) pemahaman lama dia bisa terima. Kondisi-kondisi begini yang kadang-kadang kita takut. Kalau dia tidak terbuka, kemudian hari ada apa-apa terus jadi masalah lagi,” tukasnya. (SM7)

Pos terkait