Lasarus Indouw Minta Kemendikbudristek Batalkan Pemilihan dan Tunjuk Plt Rektor Unipa

Manokwari – Salah satu alumni Universitas Papua (Unipa) sekaligus tokoh intelektual suku Arfak, Lasarus Indouw, kaget dan merasa prihatin atas dugaan politik praktis dan kecurangan dalam pemilihan Rektor Unipa 2024-2028. Atas dugaan itu, Kemendikbudristek diminta membatalkan pemilihan rektor dan menunjuk Plt rektor.

Menurut Lasarus, Unipa merupakan lembaga pendidikan tinggi berperan mendidik SDM Papua dan Indonesia, lembaga independen, lembaga yang mengembangkan nilai kejujuran dan kebenaran, mengapa harus terlibat dalam politik praktis. Dan sejak rektor pertama, baru kali ini Lasarus melihat ada kemunduran demokrasi di Unipa.

Bacaan Lainnya

Lasarus meminta agar calon rektor yang terlibat dalam politik praktis ataupun indikasi kecurangan dibatalkan statusnya sesuai peraturan oleh kementerian terkait.

Lasarus yang juga Kepala Dinas Sosial Papua Barat ini menegaskan Unipa adalah rumah bersama anak-anak asli Papua sebagai calon pemimpin. Semua anak-anak asli Papua punya kesempatan yang sama.

Dia mengungkapkan saat saat penyaringan calon Rektor Unipa 17 April 2024, dirinya bersama beberapa alumni maupun pimpinan perangkat daerah provinsi Papua Barat hadir menyaksikan penyampaian visi, misi, dan program kerja di aula Unipa sejak pagi hingga selesai.

Menurutnya, publik yang menyaksikan langsung maupun menyaksikan lewat media daring dapat menilai sosok yang layak memimpin Unipa ke depan.

“Sebut saja mengacu pada kualitas dan bobot visi-misi, program kerja, kualitas bahasa, gaya komunikasi, cara menjawab maupun pengalaman dan wawasan luas, itu saja sudah bisa kita lihat dan tahu,” imbuhnya.

Namun yang terjadi, senat tidak menggunakan logika keilmuan dan kecerdasan dalam memberikan suara untuk kandidat tersebut. Hal itu menjadi pertanyaan di publik.

Baca Juga:  Dr. Suriel Mofu Jabat Plt Rektor UNIPA Manokwari

“Hari ini semua orang di luar sana, bahkan publik pun bisa menilai siapa yang layak memimpin Unipa ke depan,” ujarnya.

Menurut Lasarus, sangat memalukan karena kampus sebagai lembaga terdidik, seharusnya menjaga citra dan marwah sebagai lembaga akademik yang harus bebas dari politik praktis kini telah tercoreng. Apa lagi ada praktik tawar menawar jabatan dan lainnya.

“Bahkan diduga terdapat calon rektor yang tidak memenuhi syarat manajerial pun diloloskan,” sebutnya menyambung cerita dari beberapa dosen UNIPA yang enggan menyebut namanya.

Dikatakannya, otonomi kampus menjadi lemah dan tercoreng hanya karena kepentingan dan haus jabatan dari oknum calon rektor tertentu.
“Untuk itu saya mendukung penuh pembatalan dan investigasi yang sudah dilakukan oleh tim Itjen Kemendikbudristek atas proses pemilihan Rektor Unipa. Sebagai alumni Unipa dan mewakili intelektual Arfak Provinsi Papua Barat meminta agar Kemendikbudristek wajib menyampaikan hasil investigasi secara transparan, adil, dan jujur kepada publik UNIPA maupun masyarakat luas,” tegasnya.
Jika terjadi kekosongan masa jabatan Rektor Unipa, Lasarus meminta Mendikbudristek menunjuk dan melantik Plt Rektor Unipa yang berasal dari lingkungan Kemendikbudristek guna menjabat demi netralitas, serta menjaga marwah demokrasi di Unipa saat ini dan ke depan.
Lasarus menambahkan akan bersama para alumni dan keluarga besar Arfak mengawal proses kelanjutan pemilihan Rektor Unipa ke depan agar bebas dari praktik kolusi, nepotisme, dan kecurangan lainnya.
“Bila perlu saya akan pimpin demo ke kampus Unipa jika suara kami sebagai anak adat suku besar Arfak, intelektual suku Arfak sekaligus alumni Unipa tidak digubris,” tandasnya. (SM)

Pos terkait