Menelisik Potensi Daun Buah Hitam Papua: Antibakteri dan Antioksidan Alami

Oleh: Evelina Somar & Susilowati
Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unipa

MANOKWARI – Tanah Papua bukan sekadar bentang alam yang memukau, tetapi juga rumah bagi kekayaan hayati yang unik—salah satunya adalah Haplolobus sp., atau yang lebih dikenal dengan sebutan Buah Hitam. Buah hitam Papua (Haplolobus sp.) merupakan salah satu dari sekitar 30 jenis Haplolobus yang tersebar di berbagai wilayah seperti Borneo, Fiji, Maluku, New Guinea, Samoa, Kepulauan Santa Cruz, Kepulauan Solomon, Sulawesi, dan Vanuatu, menurut data dari Encyclopedia of Life. Spesies ini merupakan salah satu dari 14 jenis Haplolobus yang hanya tumbuh di Pulau Papua, baik di wilayah Indonesia maupun Papua Nugini. Keberadaan mereka telah dicatat oleh ahli botani seperti A.M. Husson dan H.J. Lam, serta tercantum dalam database botani internasional seperti World Flora Online dan Harvard University Herbaria. Keberadaan tanaman ini mencerminkan betapa khas dan berharganya ekosistem Papua, sekaligus menjadi cerminan hubungan harmonis antara alam dan budaya masyarakat lokal yang menjaga dan memanfaatkannya secara turun-temurun.

Bacaan Lainnya

Mengenal Tumbuhan Buah Hitam (Haplolobus sp.) Papua
Tumbuhan buah hitam (Haplolobus sp.) merupakan salah satu kekayaan hayati khas Papua yang tumbuh di hutan dataran rendah hingga pegunungan, baik di hutan primer, sekunder, maupun di pekarangan warga. Tumbuhan ini banyak dijumpai di Kabupaten Teluk Wondama dan menjadi bagian budaya setempat. Selain ditemukan di Kabupaten Teluk Wondama, tumbuhan dari genus Haplolobus juga tumbuh di wilayah lain seperti Manokwari, Nabire, Numfor, Yapen, dan Boven Digoel. Namun, di daerah-daerah tersebut, tumbuhan ini tidak memiliki keterkaitan khusus dengan tradisi atau budaya masyarakat setempat seperti halnya di Teluk Wondama. Daunnya majemuk, tersusun menyirip ganjil dengan jumlah anak daun yang bisa mencapai 9 helai, bertangkai pendek dan membengkak di ujung, serta memiliki pola urat daun menyirip melengkung dan tersier berbentuk jala. Buahnya berbentuk lonjong dan berbiji tunggal. Buah muda merwarna hijau dan buah matang berwarna hitam. Bagi masyarakat etnis Wandamen, buah hitam bukan sekadar pangan tetapi bagian dari kehidupan sehari-hari dan identitas lokal. Buahnya yang matang bisa langsung dikonsumsi. Namun yang paling istimewa adalah olahan khasnya, yaitu “sagu buah hitam”, hasil perpaduan antara buah hitam dan aci sagu yang dipanggang, menjadi kudapan yang sarat makna kultural.

Baca Juga:  Lasarus Indouw Minta Kemendikbudristek Batalkan Pemilihan dan Tunjuk Plt Rektor Unipa

Mengapa Daun Buah Hitam Menarik Diteliti?
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Jurusan Kimia Universitas Papua (Unipa) menemukan bahwa daun tumbuhan endemik ini mengandung berbagai senyawa aktif penting, seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, polifenol, dan steroid. Menariknya, kandungan senyawa aktif—terutama tanin—bervariasi tergantung pada lokasi tumbuh tanaman. Salah satu temuan penting adalah bahwa senyawa steroid hanya terdeteksi pada daun Haplolobus sp. yang dikoleksi dari wilayah Manokwari, dan tidak ditemukan pada daun yang berasal dari Kabupaten Teluk Wondama. Senyawa-senyawa ini sudah dikenal luas dalam dunia sains karena khasiatnya sebagai antioksidan dan antibakteri alami. Temuan ini membuka peluang besar untuk mengembangkan produk herbal lokal yang ramah lingkungan dan bermanfaat bagi kesehatan masyarakat. Artinya, daun buah hitam berpotensi menjadi bahan baku penting untuk obat tradisional, kosmetik alami, atau produk kesehatan berbasis tumbuhan—menjadikannya bukan hanya menarik dari sisi ilmiah, tetapi juga bernilai ekonomi dan ekologis tinggi.

Daun Buah Hitam Papua: Sumber Antibakteri dan Antioksidan Alami yang Menjanjikan
Studi yang dilakukan di Kimia Unipa mengungkap potensi luar biasa dari daun Haplolobus sp.— tumbuhan endemik Papua yang dikenal masyarakat sebagai pohon buah hitam. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa ekstrak daun ini mampu menghambat pertumbuhan berbagai bakteri patogen penyebab infeksi pada manusia, seperti Staphylococcus aureus, Salmonella typhi, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Menariknya, sifat antibakteri yang dimiliki bersifat bakterisida, artinya tidak hanya menghambat, tetapi juga membunuh bakteri secara langsung, dengan spektrum kerja yang luas. Tak hanya itu, daun buah hitam juga terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Dalam uji laboratorium menggunakan metode DPPH—yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan menangkal radikal bebas—ekstrak daunnya menunjukkan nilai IC₅₀ kurang dari 50 ppm. Nilai ini termasuk dalam kategori “sangat kuat”. Artinya, daun Haplolobus sp. berpotensi membantu melindungi tubuh dari stres oksidatif, yaitu kondisi ketidakseimbangan dalam tubuh akibat radikal bebas yang bisa merusak sel dan memicu berbagai penyakit degeneratif, seperti penuaan dini hingga kanker. Meski begitu, keamanan penggunaannya juga penting untuk diperhatikan. Hasil uji toksisitas menunjukkan nilai LC₅₀ sebesar 102,55 ppm, yang tergolong dalam kategori toksisitas sedang. Artinya, ekstrak ini memiliki efek toksik terhadap organisme uji (larva Artemia salina), namun tidak dalam tingkat yang membahayakan secara ekstrem. Dengan demikian, daun buah hitam masih berpeluang besar untuk dikembangkan sebagai bahan baku produk herbal atau farmasi, selama melalui tahapan uji keamanan lanjutan, termasuk pada hewan dan manusia.

Baca Juga:  Latihan Pemuridan Mahasiswa dan Pemuda Kristen Unipa Diharapkan Jadi Agenda Rutin

Manfaat untuk Kesehatan, Ekonomi, dan Lingkungan
Temuan ini membawa harapan bagi pengembangan produk herbal dari bahan lokal Papua. Daunnya yang terbukti memiliki sifat antibakteri dan antioksidan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sabun herbal, salep antibakteri, atau teh kesehatan alami. Dengan dukungan penelitian berkelanjutan, pemanfaatan daun buah hitam bukan hanya membuka peluang baru dalam industri produk herbal lokal, tetapi juga turut mendorong nilai ekonomi daerah dan pelestarian tanaman khas Papua. Buah hitam adalah warisan hayati yang bukan hanya penting untuk dijaga, tetapi juga layak dikembangkan sebagai solusi lokal yang ramah lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Tantangan dan Harapan ke Depan
Penelitian ini menunjukkan hasil yang menjanjikan, namun masih perlu dilanjutkan dengan studi yang lebih mendalam. Langkah-langkah penting seperti standardisasi, uji toksisitas, formulasi produk, hingga uji klinis diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitas penggunaannya bagi manusia. Dukungan dari berbagai pihak mulai—dari akademisi, pemerintah daerah, pelaku usaha, hingga masyarakat adat—sangat dibutuhkan agar potensi tanaman buah hitam dapat dikembangkan secara berkelanjutan dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat.

Penutup
Haplolobus sp. bukan sekadar tanaman biasa dari Papua. Daunnya menyimpan khasiat sebagai antibakteri dan antioksidan alami, yang memiliki nilai tambah tidak hanya bagi kesehatan manusia, tetapi juga bagi pelestarian keanekaragaman hayati daerah. Mari kita bersama-sama menjaga, mempelajari, dan memanfaatkan tumbuhan khas Papua ini agar dapat memberi manfaat bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.

Ajakan bagi Kita Semua
Dukung penelitian dan pelestarian tumbuhan endemik Papua. Alam telah memberi kita begitu banyak anugerah, saatnya kita menghargainya dengan bijak, agar keajaiban ini tetap tumbuh dan dapat diwariskan untuk masa depan.

Baca Juga:  Prof Sepus Fatem: Target 2 Tahun ke Depan Jurnal di Unipa Terindeks Scopus

Pos terkait