MANOKWARI – Pemerintah Provinsi Papua Barat bekerja sama dengan Pemkab Manokwari kembali melaksanakan vaksinasi massal, Senin (23/8/2021). Vaksinasi massal yang dilaksanakan di SMKN 2 Manokwari ini menyasar para pelajar, guru, dan tenaga kependidikan. Hal itu sebagai persiapan menuju pelaksanaan sekolah tatap muka terbatas yang diharapkan terlaksana pada akhir September 2021.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua Barat, Barnabas Dowansiba, mengatakan sebagai persiapan pelaksanaan sekolah tatap muka terbatas, pihaknya kini fokus melaksanakan vaksinasi. Setelah vaksinasi akan dilakukan analisis data untuk mengetahui jumlah siswa yang divaksin dan yang belum.
“Setelah itu kita akan panggil kepala-kepala sekolah untuk duduk, bicara sama-sama. Tapi tadi dalam perjalanan Pak Gubernur sudah sampaikan bahwa kita tinggal lihat level kita saja. Ketika level kita turun di dua, atau setelah vaksin ini tuntas, berarti nanti anak-anak yang nanti tidak vaksin akan dibicarakan tersendiri,” ujar Dowansiba usai mendampingi Gubernur dan Forkopimda Papua Barat meninjau pelaksanaan vaksinasi massal bagi pelajar di SMKN 2 Manokwari, Senin (23/8/2021).
Menurut Dowansiba, sesuai targetnya, pada awal September akan dilakukan kroscek data vaksinasi bagi pelajar. Setelah itu pada pertengahan September dilaksanakan rapat dengan para kepala sekolah.
“Kita berharap akhir bulan besok kita sudah bisa mulai dengan proses tatap muka itu,” ujarnya.
Mengenai jumlah siswa dan guru yang harus divaksin agar sekolah bersangkutan bisa melaksanakan sekolah tatap muka, dia mengatakan, pihaknya tidak melihat itu.
“Kita tidak melihat, yang penting kita proses ini saja. Proses vaksinasi dulu jalan, nanti kita akan analisis, misalnya, di setiap sekolah sudah dilaksanakan vaksinasi, masalahnya di mana. Nanti kalau ada masalah kita akan cari jalan keluar. Tapi mohon maaf, Pak Gubernur sudah menyampaikan bahwa tatap muka terbatas tetap dijalankan. Ini berarti ke depan ada beberapa macam cara. Kalau misalnya ada berapa anak yang sudah vaksin ya yang vaksin mungkin akan kita kumpulkan dalam bentuk yang berbeda dengan teman-teman yang belum vaksin,” ujarnya.
Untuk siswa yang belum divaksin saat sekolah tatap muka terbatas diberlakukan, menurut Dowansiba, bisa belajar dari rumah secara online. Bisa saja, siswa yang belum vaksin datang dan belajar di sekolah secara tatap muka, namun dengan persyaratan tertentu.
“Misalnya, dia setiap minggu harus (rapid) antigen. Konsekuensinya daripada (rapid) antigen, lebih baik suntik satu kali untuk selamanya begitu. Daripada nanti (rapid) antigen, itu kan setiap minggu (rapid) kan setengah mati juga,” sebutnya.
Dalam sekolah tatap terbatas, lanjut Dowansiba, siswa yang dating sekolah juga dibatas. Hanya 50 persen dari total siswa yang diizinkan belajaar di sekolah setiap hari.
Begitu juga dengan jam belajar akan dibatasi.
“Kalau misalnya di SMK ini ada 500 orang, maka nanti 250 mereka masuk. Jadi setiap hari itu ada 250 siswa dari kelas I, kelas II, sampai kelas III, semua harus masuk. Jadi masuk tatap muka dalam jam terbatas. Jam itu 3-5 jam, tidak mengenal istirahat. Jadi kita mengatur di jam saja. Misalnya, normal itu kan 45 menit. 1 jam mengajar itu 45 menit, tapi kita bisa turunkan jadi 30 menit. Ini yang nanti kita atur dengan bapak-ibu guru, sehingga dalam satu hari berapa guru yang bisa tatap muka langsung dengan siswa. Jadi informasinya bukan mengudara lagi, tapi langsung dari sumbernya, dari guru,” tukas Dowansiba. (SM7)