MANOKWARI – Per Oktober 2020, jumlah kasus malaria di Kabupaten Manokwari tercatat sebesar 23,40 persen per 1.000 penduduk. Angka tersebut lebih besar dibanding tahun 2019 hanya sebesar 21,47 persen per 1.000 penduduk.
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari, Marthen Rantetampang, mengatakan, sesuai data per Oktober 2020, Annual Paracit Incident (API) atau angka berdasarkan pemeriksaan slide yang terkonfirmasi malaria sebanyak 23,40 persen per 1.000 penduduk. Angka itu sudah lebih besar daripada angka tahun 2019 yang sebesar 21,47 persen.
“Kalau API tahun 2016 itu 48,8 persen, tahun 2017 sebesar 41,75 persen, 2018 sebesar 25,03 persen, dan tahun 2019 sebesar 21,47 persen,” kata Rantetampang di ruang kerjanya, Selasa (15/12/2020).
Menurut dia, pihaknya belum mengetahui apakah banyaknya kasus malaria tahun ini berhubungan dengan pandemik Covid-19 atau tidak.
“Ini kita juga belum bisa memastikan. Tapi kasusnya sampai dengan Oktober kelihatan meningkat karena tahun lalu 21,47 persen, ini baru sampai di Oktober kita sudah di kisaran 23,40 persen,” sebutnya.
Dia juga belum dapat memastikan apakah angka API yang naik itu karena lebih banyak masyarakat yang ke layanan kesehatan atau karena lebih banyak di rumah, sehingga terjadi penularan dari anggota keluarga yang terkena malaria ke anggota anggota keluarga lain.
Namun diakuinya, hampir semua daerah di Manokwari masih terdapat kasus baru penyakit malaria. “Di daerah Prafi masih sangat banyak,” tambahnya.
Rantetampang mengemukakan, vektor penyakit malaria adalah nyamuk. Oleh karena itu, yang perlu menjadi perhatian adalah menjaga kebersihan lingkungan tetap bersih guna menghindari perindukan nyamuk di sekitar rumah.
Dia menambahkan bahwa untuk mencegah nyamuk malaria, mulai tahun 2021 akan dilakukan penyemprotan dinding rumah masyarakat. Saat ini, alat penyemprot dan obat sudah ada.
“Kita akan coba lebih maksimalkan penyemprotan dinding rumah pada daerah-daerah yang kasusnya banyak, yang selalu ada penularan-penularan baru. Ini akan membantu sekali untuk menurunkan kasus. Di sisi lain masyarakat juga wajib memakai kelambu yag sudah dibagikan. Karena menurut data yang sudah lalu itu hampir maksimal terdistribusi kepada masyarakat. Tinggal masyarakat menggunakannya atau tidak,” imbuhnya.
Sekali lagi dia menganjurkan agar masyarakat menggunakan kelambu, menjaga kebersihan lingkungan, dan jika merasa demam segera ke layanan Kesehatan untuk diperiksa. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan apakah demam karena malaria atau tidak. (SM7)