MANOKWARI – Sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka dan telah berkontribusi nyata bagi pembangunan di Tanah Papua dan Indonesia, Universitas Papua (UNIPA) terus mengembangkan terobosan dan inovasi kekinian guna menyiapkan sumber daya manusia yang cerdas dan kompetitif menyongsong era Indonesia emas. Hingga tahun 2023, Universitas Papua telah berkembang menjadi 12 fakultas, 56 program studi, tersebar di 5 kabupaten di Tanah Papua.
Sebagai bagian dari akselerasi menuju kampus unggul dan bertaraf internasional, maka kebijakan strategis yang diupayakan UNIPA yakni membangun jejaring akademik dengan beberapa universitas terkemuka di Asia, Pasifik dan Eropa guna program internasional kelas.
Menyambut program internasional class, Wakil Rektor Bidang Akademik UNIPA, Prof. Dr. Ir. Sepus Fatem, S.Hut., M.Sc, saat ini sedang berada di Jerman untuk mengikuti program “Management Internasional’’ yang difokuskan bagi pimpinan perguruan tinggi di berbagai negara. Program yang didanai penuh oleh pemerintah Jerman melalui DAAD Scholarship ini akan berlangsung selama dua tahun di empat negara yakni Jerman, India, Latin Amerika, dan Afrika.
Saat dikonfirmasi via WhatsApp, Prof Fatem menyampaikan bahwa setelah mengikuti tahapan seleksi berkas dan administrasi serta wawancara, dirinya terpilih bersama 30 peserta lain dari berbagai perguruan tinggi di wilayah Asia, Amerika latin dan Afrika. Program Dies Training Management International ini sangat relevan dalam mendukung misi UNIPA menuju World Class University.
Kegiatan saat ini berlangsung pada 16-29 Oktober 2023 di dua universitas terbaik dunia yakni University of Leibnis Hannover dan Universitas Gottingen, Jerman. Cakupan kegiatan menyangkut kuliah kelas, presentasi proposal project internasional tiap universitas, sharing pengalaman, diskusi kelompok, kerja mandiri, field excursion, campus tour.
“Beberapa komponen materi yang menarik dalam program ini yakni sistem transfer SKS, penyetaraan subjek kursus, layanan akademik berbahasa Inggris, beasiswa bagi mahasiswa internasional, sistem penjaminan mutu, kesiapan sarana prasarana. Kegiatan ini juga membekali peserta dengan wawasan multiculture lintas negara, lintas benua, regulasi internasional tentang pendidikan serta exchange student,” ujar Prof Dr. Sepus Fatem, yang baru saja meraih gelar profesor bidang konservasi sumber daya hutan di UNIPA sekaligus guru besar orang asli Papua termuda di Tanah Papua.
Prof Fatem mengatakan bahwa Pola Ilmiah Pokok UNIPA yakni Pertanian dan Konservasi Alam menjadi bargaining position yang sangat kuat dan menjadi keunggulan tersendiri UNIPA dalam mendorong program internasional class. Luas hutan Papua hampir 70 persen dari wilayah Tanah Papua, hubungan masyarakat adat yang kuat dengan hutan dan corak pertanian memberikan nilai sebagai “modal sosial’ bagi pengembangan akademik UNIPA yang bertumpu pada spesifikasi lokal Papua.
Dari sisi kebijakan PIP, UNIPA sangat ditunjang dengan hadirnya kebijakan Provinsi Konservasi di Provinsi Papua Barat dan visi pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Papua. Artinya, keterkaitan pola ilmiah pokok, visi dan misi ini akan menjadi modal dalam menyelenggarakan program internasional di UNIPA yang bertumpu pada pembelajaran mata kuliah maupun riset di Papua yang beririsan langsung dengan kebijakan pembangunan berkelanjutan tersebut.
Prof Fatem menambahkan bahwa orang barat, orang asing, mahasiswa internasional pasti ingin belajar dan mendalami hal-hal unik dan berbeda dengan yang dimilikinya. Hal ini unik dan menarik dalam perspektif mereka dan menjadi keunggulan komparatif dari program yang akan dikembangkan. Nilai-nilai keberlanjutan secara adat, eksistensi masyarakat adat, dorongan dan komitmen yang kuat dari pemerintah daerah dalam mempertahankan luasan hutan dan tutupan hutan maupun kawasan konservasi di Tanah Papua.
“Dalam konteks ini, ke depan Program Studi Internasional Class sedang dirintis di Program S2 Kehutanan, Fakultas Kehutanan UNIPA atas kerja sama Fakultas Kehutanan UGM untuk asistensi penyusunan borang ASIIN,” ungkap Prof Fatem.
Ditambahkannya bahwa Fakultas Kehutanan UNIPA saat ini telah mendorong penyiapan dokumen borang ASIIN guna proses administrasi, sehingga memperoleh izin. Jika izin telah diperoleh, maka kelas S2 bidang Kehutanan Internasional akan segera menerima mahasiswa internasional di UNIPA. Target mahasiswa internasional berasal Universitas Gottingen German, Timor Leste, wilayah pasifik dan Asia.
Program Internasional Management yang diikuti saat ini mampu membantu UNIPA menganalisis gap terhadap pengembangan akademik bertaraf internasional. Catatan menarik yang diterima selama kegiatan yakni sharing pengalaman, prestasi dan juga kendala yang dihadapi dalam pengelolaan program internasional dari tiap perguruan tinggi. Beberapa aspek penting yang diperoleh yakni tata kelola akademik, alokasi anggaran, pemahaman multikultur yg luas, kapasitas berbahasa internasional, kesiapan SDM, sarana prasarana yang mumpuni dalam mengembangkan internasional program.
Untuk itu, UNIPA perlu meningkatkan kapasitas SDM pengelola kantor internasional sebagai ujung tombak bagi pengembangan program internasional. UNIPA perlu membuka diri untuk mendorong program-program global, yang mungkin masih terbatas namun perlu ada upaya ke sana. Sebab perguruan tinggi wajib bersenyawa dengan globalisasi, kebutuhan industri, dan lapangan pekerjaan saat ini dan ke depan. (SM)Â