MANOKWARI, – Berbicara mengenai keindahan dan kekayaan tanah Papua seolah tak ada habisnya. Namun, masifnya tingkat pemerataan pendidikan di Papua justru menjadi ancaman.
Asisten II Sekda Kabupaten Manokwari, Harjanto Ombesapu, mengatakan beberapa kajian secara khusus memberikan perhatian pada permasalahan hambatan pendidikan di Papua. Sebuah studi yang dilakukan Unicef pada tahun 2012 menunjukkan bahwa 26 persen guru di provinsi Papua Barat absen dari sekolah pada saat survei dilakukan.
Pada tahun yang sama, Unicef juga mencatat kondisi hidup, kesulitan transportasi, keterlambatan pembayaran gaji, tidak adanya tanggung jawab di antara para guru, dan rendahnya kapasitas otoritas sekolah setempat untuk memantau kinerja dan perilaku guru turut berkontribusi terhadap penurunan motivasi guru.
“Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi STKIP Muhammadiyah Manokwari untuk memperbaiki diri serta membenahi semua aspek untuk menciptakan guru yang berkualitas,” ujar Ombesapu saat menyampaikan sambutan Bupati Manokwari pada Milad ke-16 STKIP Muhammadiyah Manokwari, Rabu (17/05/2023).
Menurut Ombesapu, seiring semakin dibutuhkannya profesi guru di tanah Papua, khususnya di Kabupaten Manokwari, maka sudah saatnya STKIP Muhammadiyah Manokwari meniru Lembaga Perguruan Tinggi Kejuruan (LPTK) lain yang dikenal memiliki standar pendidikan dan pengajaran yang berkualitas sangat bagus.
“Sangat banyak LPTK di bawah naungan persyarikatan Muhammadiyah dengan kualitas yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Saya percaya bahwa mereka akan dengan senang hati dan ikhlas membantu STKIP Muhammadiyah Manokwari untuk memikirkan suatu cara mendidik calon guru masa depan yang unggul,” ujarnya.
Ketua STKIP Muhammadiyah Manokwari, Hawa Hasan, mengatakan STKIP Muhammadiyah sudah berstatus akreditasi baik sekali dan baik untuk lima program studi dan institusi. STKIP Muhammadiyah pun telah memiliki 27 dosen tetap dengan 19 di antaranya memiliki sertifikasi dosen.
“Ini merupakan jumlah terbanyak untuk perguruan tinggi swasta se-Kabupaten Manokwari,” ujarnya.
Saat ini, kata dia, STKIP Muhammadiyah memiliki 1.446 mahasiswa dengan 80 persen di antaranya merupakan putra-putri daerah. Sementara hingga tahun 2021-2022, STKIP Muhammadiyah telah meluluskan 1.431 orang tenaga guru yang tersebar di sejumlah kabupaten di Papua dan Papua Barat serta di luar Papua.
STKIP Muhammadiyah, lanjutnya, kini berusaha memproses alih bentuk dari STKIP menjadi universitas dengan menambah tiga program studi. Diharapkan alih bentuk ini terealiasi tahun 2024.
“Beberapa hal yang telah dicapai ini hendaknya menjadi pemantik untuk tidak lelah membangun kualitas pendidikan di STKIP. Memasuki usia ke-16 sudah menjadi keniscayaan lembaga ini harus berbenah dan mengakselerasi perkembangan lainnya,” tukasnya. (SM7)