JAKARTA, – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan jadwal on stream proyek Tangguh Train III, Papua Barat tidak akan mengalami kemunduran hingga kuartal IV tahun ini.
Namun memang terdapat penyesuaian untuk jadwal first drop (tetesan pertama) gas alam cair alias (liquefied natural gas/LNG).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan saat ini BP selaku operator tengah melakukan persiapan dengan berbagai tes sebelum nantinya proyek Tangguh Train III on stream. Adapun jika memang tidak bisa ontream pada Maret mendatang, kemungkinan proyek akan bergeser ke Semester 1 tahun ini.
“Enggak (mundur), kita masih usahakan masih sesuai dengan itu, paling tidak di semester satu lah,” ujar Dwi saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Selasa (21/2/2023).
Di tempat yang sama, Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo mengatakan hingga saat ini pihaknya masih optimistis tidak ada kemunduran dalam proyek Tangguh Train 3. Namun ia mengakui terdapat penyesuaian untuk jadwal first drop LNG.
“Bukan COD yang mundur first drop yang LNG -nya karena dalam proses fine tune sekarang sudah menyala hanya nanti di fine tune untuk mendapatkan parameter yang bagus,” ujar Wahju.
Sebelumnya, SKK Migas memastikan proyek gas raksasa yakni LNG Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat bakal rampung pada kuartal I-2023. Terutama setelah beberapa tahun belakangan ini mengalami kendala karena terimbas pandemi Covid-19.
Dwi mengatakan bahwa beberapa tahun mendatang Indonesia bakal kelebihan pasokan gas. Terutama dengan beroperasinya proyek gas besar yang dapat meningkatkan produksi nasional.
“JTB yang di Bojonegoro sudah on stream. Kemudian proyek PSN satu lagi Tangguh Train 3 Insya allah kuartal pertama 2023 on stream. Lalu kemudian kita masih punya gas juga yang cukup besar pertama adalah Abadi Masela,” ujarnya di acara Malam Apresiasi Media di Bandung, Selasa (5/10/2022).
Adapun proyek LNG Tangguh Train 3 yang di operatori oleh BP ini memiliki kapasitas 3,8 million tons per annum (mtpa), dikembangkan berdasarkan persetujuan POD II dengan nilai investasi dapat mencapai hingga US$ 11 miliar atau setara dengan Rp 159 triliun.
Dalam catatan SKK Migas, pengembangan Kilang LNG Tangguh Train 3 ini dimulai sejak tahun 2016 dan mengalami banyak tantangan yang utamanya diakibatkan Covid-19. Sehingga menyebabkan dua kali outbreak dan membuat proyek menjadi terhenti untuk dilakukan langkah-langkah sesuai protokol penanganan Covid-19.
Seiring dengan mulai meredanya wabah Covid-19, maka pada saat ini sudah mencapai puncak lagi dengan total pekerja mencapai 12.900 dan diharapkan komplesi dapat selesai pada akhir tahun dan gas dapat dialirkan pada awal tahun depan.
Proyek LNG Tangguh adalah proyek produksi dan penjualan LNG yang telah direalisasikan dalam bentuk joint ventures antara BP sebagai operator, pemerintah Indonesia, kontraktor, dan, khususnya masyarakat lokal Papua Barat. Proyek ini menghasilkan LNG dari ladang gas Wiriagar, Berau, dan Muturi, di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan luas 5.966,9 km2.
Produksi Gas Bumi Rata-rata Lapangan Tangguh tahun 2021 sebesar 1.312 MMSCFD, dan status per 14 Juni 2022 sebesar 1.162 MMSCFD. Produksi LNG dimulai pada Juni 2009, dan kargo LNG pertama dikirim pada Juli 2009. Proyek LNG Tangguh menghasilkan 7,6 juta ton LNG setiap tahunnya melalui Train 1 dan 2.
Saat ini sedang dikembangkan proyek Train 3, dengan estimasi nilai investasi sebesar US$ 8,9 miliar dan akan menghasilkan 3,8 juta ton LNG per tahun. Hasil produksi Train 3 akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik termasuk untuk pembangkit listrik PT PLN (Persero).(*)