BKKBN Papua Barat Minta Dukungan Gereja untuk Pembinaan dan Konseling bagi Calon Pengantin

MANOKWARI – BKKBN Perwakilan Papua Barat meminta dukungan pihak gereja dalam penanganan dan pencegahan stunting. Bentuk dukungan yang diminta yakni adanya pembinaan dan konseling bagi pra nikah bagi calon pengantin.

Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua Barat, Philmona M. Yarollo, dalam pertemuan bersama Ketua, Sekretaris serta pengurus Klasis GKI Manokwari di Kantor Klasis, Kwawi, terkait kerja sama dan pelaksanaan pembinaan dan konseling pra nikah bagi calon pengantin, Jumat (18/8/2023).

Bacaan Lainnya

“Tujuan pertemuan ini mau meminta dukungan dari Klasis GKI Manokwari dan para pelayan atau pendeta Klasis GKI Manokwari mendukung percepatan penurunan stunting,” ujarnya.

Menurutnya, penanganan stunting menjadi tanggung jawab bersama bukan hanya pemerintah tapi semua sektor. BKKBN diberikan tanggung jawab sebagai koordinator pelaksana untuk menindaklanjuti kebijakan dari pusat dan kebijakan khusus BKKBN dalam penanganan stunting melalui program yang ada.

Yarollo menjelaskan, penanganan stuntinng mencakup dua hal yakni penanganan dan pencegahan. Penanganan dilakukan untuk anak yang sudah terpapar stunting, sedangkan pencegahan melalui edukasi dan informasi agar tidak terjadi stunting.

“Karena itu sasaran penanganan stunting yakni remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita,” ungkapnya.

Berkaitan dengan pencegahan dan sasaran calon pengantin, menurut Yarollo, menjadi tanggung jawab BKKBN untuk melakukan pendampingan. Sudah aplikasi juga buat para calon pengantin atau (Catin), yakni Elsimil (Elektronik Siap Nikah Siap Hamil).

Baca Juga:  Kepala Distrik dan Kepala Puskesmas Diberi Waktu Tiga Bulan Basmi Stunting di Tanah Rubuh

Dia berharap sebelum menikah, selain penggembalaan dari gereja, calon pengantin juga diharapkan memeriksakan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan minimal dilakukan tiga bulan sebelum menikah.

“Kesehatan yang diminta dalam aplikasi ini tidak terlalu berat cuma berat badan, tinggi badan, dan HB. Karena kalau HB rendah atau kurang dari 12 otomatis dia kuranng darah, itu akan berisiko bagi ibu dan janin saat hamil. Yang kita harapkan kalau ibunya sehat otomatis anaknya juga sehat,” katanya.

Yarollo berharap melalui pertemuan itu ada dukungan dari pihak gereja dalam memberikan pendampingan bagi calon pengantin.

“Khusus calon pengantin kita mengharapkan untuk harus mereka dilakukan pemeriksaan kesehatan, sehingga bila di masing-masing gereja ada calon pengantin selain penggembalaan dari gereja diharapkan juga agar mereka wajib melakukan pemeriksaan,” imbuhnya.

Dia menambahkan, data hasil pemeriksaan terhadap calon pengantin akan diinput ke dalam aplikasi Elsimil. Jika salah satu item berwarna merah, berarti belum memenuhi syarat.

“Kami tidak melarang menikah, tapi jangan hamil dulu. Jadi diberikan waktu minimal 3 bulan bagi calon ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi, vitamin sampai sehat dulu baru programkan untuk hamil. Dengan demikian hamil direncanakan dan anak disiapkan,” tukasnya. (SM)

Pos terkait