MANOKWARI – Kawasan hutan mangrove di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, semakin hari semakin berkurang. Sebagian kawasan hutan mangrove kini berubah menjadi kawasan permukiman.
Padahal, kawasan hutan mangrove menjadi habitat ikan dan kepiting. Selain itu, sebagai pencegah abrasi dan mengurangi dampak bila terjadi tsunami.
Untuk itu, Dr. Yonadab Sraun melalui proyek perubahannya untuk Pendidikan Kepemimpinan Nasional (PKN) tingkat I, fokus pada pelestarian kawasan hutan mangrove di Manokwari. Ada dua out put yang sudah dilaksanakan melalui proyek perubahan tersebut.
Out put pertama, menurut Sraun, yakni penanaman anakan mangrove di Wirsi, Kabupaten Manokwari.
“Ada 500 anakan mangrove yang ditanam pada pertengahan bulan lalu. Bibit mangrove ini diperoleh dari BPDAS,” ujar Sraun kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (5/11/2020).
Penanaman anakan mangrove dilaksanakan bekerja sama dengan karang taruna setempat. Karang taruna pula yang dipercayakan untuk mengawasi tumbuh kembang anakan mangrove tersebut.
Selain penanaman anakan mangrove, lanjut Sraun, yakni merancang peraturan gubernur tentang pelestarian mangrove di Papua Barat. Pergub tersebut, menurutnya, sudah dibahas dan disetujui Pemprov Papua Barat.
Diakui Sraun, proyek perubahannya mengangkat pelestarian kawasan hutan mangrove karena hutan mangrove di Manokwari sudah kritis dan diambang kepunahan.
Padahal, kata dia, kawasan hutan mangrove punya fungsi besar yakni menjaga habitat ikan dan kepiting serta mencegah abrasi pantai dan mengurangi dampak bila terjadi tsunami.
“Oleh karena itu, saya juga mengimbau agar pembangunan berwawasan lingkungan jangan hanya sekadar lip service. Hutan mangrove di Manokwari sudah nyaris habis, jadi mari kita betul-betul menjaga hutan mangrove,” tukasnya. (SM7)