FAKFAK – Menyambut Hari Bumi Sedunia yang diperingati tiap 22 April, Konservasi Indonesia (KI) bersama Gerakan Kitong Generasi Konservasi (Gen-K), Pemerintah Kabupaten Fakfak, Masyarakat Fakfak dan beberapa komunitas yang ada di Fakfak seperti Fakfak Mengajar (FM), Sobat Hijau Papua, Palapa Adventure, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Saka Wanabakti, Mulai Beda, Fakfak Molo, Jelajah Fakfak, Jejak Hijau, Kitong Bisa Learning Center (KBLC), serta perwakilan pelajar dari beberapa Tingkat SMP dan SMA, menggelar aksi clean-up sepanjang jalan Salasa Namudat, Taman Satu Tungku Tiga Batu.
Kegiatan ini diselingi dengan berbagai event seperti Pendidikan Lingkungan Hidup (belajar sembari bermain berbalut edukasi mengenai sampah plastik) dengan materi Kemana Sampah Pergi dan Lomba daur ulang sampah Tingkat SMA. Kegiatan yang mengikuti tema global dari EarthDay.org yakni Planet Vs Plastics ini juga dibuat dalam rangka perayaan Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April tiap tahunnya. Karena itu, tema yang diusung adalah ‘Rayakan Hari Bumi, Lestarikan Ibu Pertiwi’.
Papua Program Director Konservasi Indonesia, Robeth Mandosir, mengatakan Provinsi Papua Barat yang telah dideklarasikan sebagai Provinsi Konservasi dan dengan diterbitkannya PERDASUS No.10 Tahun 2019 tentang Pembangunan Berkelanjutan di Provinsi Papua Barat, Fakfak – sebagai salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Papua Barat – membuktikan sebagai bagian dari Provinsi Konservasi yang menjalankan amanat PERDASUS.
“Konservasi Indonesia mendukung semua kebijakan yang diusung pemerintah. Salah satunya adalah upaya menjalankan amanat PERDASUS Pembangunan Berkelanjutan pasal 59 ayat (2) huruf f. Yaitu membatasi/meniadakan penggunaan material berbahan plastik. Plastik sudah menjadi isu global dan bukan lagi sebagai perkara mudah bagi kesehatan bumi dan juga manusia. Hal itu dikarenakan sampah plastik yang tidak terkelola nantinya akan menjadi mikroplastik dan menjadi ancaman yang sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi,” kata Robeth.
Dia menambahkan, beberapa peneliti dunia pun telah menilai pencemaran mikroplastik di lingkungan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Karena, pencemaran mikroplastik mulai terjadi pada daratan, perairan dan udara. ”Tidak sampai di situ, masalah ini pun diperburuk dengan ditemukannya mikroplastik masuk ke dalam rantai makanan, bahkan mikroplastik telah ditemukan dalam tubuh manusia seperti di feses, plasenta ibu hamil, darah dan paru-paru. Melihat dampak buruk plastik pada kehidupan di bumi ini, maka mari kita mulai mengubah gaya hidup dengan mengurangi penggunaan plastik demi kehidupan lebih baik dan bumi yang lebih sehat untuk diwariskan ke anak cucu kita” ujar Robeth.
Senada dengan hal tersebut, Bupati Fakfak, Untung Tamsil, S.Sos., M.Si., mengatakan sampah plastik sangat memberikan dampak buruk dan menurunkan nilai estetika keindahan Fakfak, khususnya di sepanjang jalan Salasa Namudat sebagai pusat kota Fakfak. “Jika kita tidak bergerak secepatnya untuk mencegah dampak sampah plastik ini, maka nantinya sampah-sampah ini juga dapat berpengaruh pada kawasan konservasi, baik yang ada di laut (Taman Pesisir Teluk Nusalasi dan Teluk Berau) maupun daratan (Hutan lindung, suaka margastwa dan lainnya). Kemungkinan itu harus dicegah karena kawasan konservasi ini sebagai asset kita di Fakfak, selain sebagai potensi wisata, namun juga sebagai sumber plasma nutfa untuk berbagai spesies termasuk yang endemik dan terancam,” tuturnya.
Kabupaten Fakfak mendukung Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi dan menjabarkan amanat PERDASUS pasal 59 ayat (2) huruf f. dengan menerbitkan PerBup Nomor 72 Tahun 2022 tentang Kebijakan dan Strategi Daerah dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis. Dengan menjalankan amanat PERDASUS dan PerBup akan mempercepat tercapainya visi ‘Fakfak Tersenyum’ sekaligus menyasar misi Fakfak Berkelanjutan dan Fakfak Berwisata. “Target-target itu dapat terealisasi dengan kolaborasi dari semua pihak yang ada di Fakfak. Mari kita wujudkan bumi tanpa plastik dimulai dari Kabupaten Fakfak yang bersih,” kata Untung.
Halik, Koordinator GEN-K, yang juga mengikuti aksi clean-up jelang Hari Bumi, menjelaskan tercetusnya gerakan ini berawal dari keresahan segelintir anak muda di Fakfak yang berasal dari berbagai kelompok, kala melihat banyaknya sampah yang berserakan di jalan baru terutama saat hujan turun. Menurut dia, saluran air di jalan sering terlihat seperti ladang sampah karena tumpahan selokan-selokan di Kota Fakfak.
Halik menjelaskan, rekan-rekan GEN-K berkomitmen untuk menjaga kebersihan Kota Fakfak dari sampah plastik secara khusus, dan kelestarian alam Fakfak secara umum. Selain membersihkan lingkungan sepanjang Jalan Salasa Namudat melalui kegiatan clean-up. “GEN-K bersama rekan-rekan yang peduli dengan lingkungan Fakfak, saat ini fokus pada keberlanjutan untuk pengolahan sampah plastik yang telah dibersihkan untuk dikelola, sehingga bisa membangun kesadaran masyarakat bahwa pengeloaan sampah plastik dengan bijak dapat memberi manfaat ekonomi,” ujarnya.
Senada dengan hal itu, Ketua Fakfak Mengajar, Imanuel Hindom, mengatakan kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dengan tema “Ke mana Sampah Pergi” sebagai rangkaian perayaan Hari Bumi ini, diberikan untuk memberikan gambaran langsung kepada peserta tentang perjalanan sampah yang dibuang. ”Masih banyak masyarakat yang belum memahami sampah itu akan berakhir di mana dan bisa membawa dampak apa saja. Kegiatan PLH ini telah rutin dilakukan di tingkat sekolah baik di Kota Fakfak maupun di Kampung. Kami berharap, kegiatan ini dapat memberi pemahaman dan membangun mental sejak dini bagi anak-anak usia sekolah tentang pentingnya kelestarian alam. Karena sejatinya, alam tidak butuh manusia, tetapi manusia butuh alam,” ungkap Imanuel. (SM14)