MANOKWARI – Dalam rangka menyambut HUT, Persatuan Wanita (PW) GKI Bartholomeus Borarsi menggelar sosialisasi pencegahan stunting dengan narasumber Kepala BKKBN Papua Barat, Philmona Yarollo.
Ketua PW Bartolomeus Borarsi, Ketty Bonggoibo, mengatakan materi stunting yang diberikan sangatlah penting terutama bagi mama-mama Papua. Diketahui HB ibu-ibu saat hamil di Manokwari masih rendah karena kurangnya mengkonsumsi makanan yang gizi.
“Ini penting agar menjadi perhatian kita sebagai orang tua memberikan edukasi kepada anak-anak kita yang baru berumah tangga. Sosialisasi ini kami laksanakan sebagai rangkaian kegiatan dalam menyambut HUT PW GKI Bartholomeus bulan Oktober mendatang,” jelasnya.
Ia menuturkan, sosialisasi stunting akan dilakukan lagi di lingkungan gereja dan juga RT RW sebagaimana harapan ibu-ibu saat mengikuti sosialisasi.
“Ibu-ibu antusias, masukan kepada BKKBN agar ke depan dapat dilaksanakan sosialisasi yang sama di lingkungan gereja, RT dan RW juga,” pesannya.
Dalam materi, Kepala BKKBN Papua Barat, Philmona Yarollo menyampaikan penurunan stunting merupakan program prioritas nasional yang wajib dilakukan secara berjenjang dari pusat hingga ke daerah, bahkan hingga ke di kampung.
Karena itu, tambah Yarollo, kerja sama lintas sektor termasuk gereja sangat dibutuhkan.
Ia mengingatkan usia perkawinan kepada perempuan maupun laki-laki yang mana usia 21 tahun untuk perempuan dan 25 bagi laki-laki. BKKBN pun selalu berkolaborasi lintas sektor untuk mengkampanyekan kepada masyarakat agar tidak kawin pada usia anak.
“BKKBN Perwakilan Papua Barat telah meminta dukungan pihak gereja dalam pertemuan belum lama ini dengan ketua Klasis GKI Manokwari dalam penanganan dan pencegahan stunting. Bentuk dukungan yang diminta yakni adanya pembinaan dan konseling bagi pra nikah bagi calon pengantin,” tuturnya.
Yarollo menjelaskan, penanganan stunting mencakup dua hal yakni penanganan dan pencegahan. Penanganan dilakukan untuk anak yang sudah terpapar stunting, sedangkan pencegahan melalui edukasi dan informasi agar tidak terjadi stunting.
“Karena itu sasaran penanganan stunting yakni remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita,” ungkapnya.
Berkaitan dengan pencegahan dan sasaran calon pengantin, menurut Yarollo, menjadi tanggung jawab BKKBN untuk melakukan pendampingan. Sudah aplikasi juga buat para calon pengantin atau (Catin), yakni Elsimil (Elektronik Siap Nikah Siap Hamil).
Dia berharap sebelum menikah, selain penggembalaan dari gereja, calon pengantin juga diharapkan memeriksakan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan minimal dilakukan tiga bulan sebelum menikah.
“Kesehatan yang diminta dalam aplikasi ini yaitu berat badan, tinggi badan, dan HB. Karena kalau HB rendah atau kurang dari 12 otomatis dia kurang darah, itu akan berisiko bagi ibu dan janin saat hamil. Yang kita harapkan kalau ibunya sehat otomatis anaknya juga sehat,” katanya.
“Khusus calon pengantin kita mengharapkan untuk harus mereka dilakukan pemeriksaan kesehatan, sehingga bila di masing-masing gereja ada calon pengantin selain penggembalaan dari gereja diharapkan juga agar mereka wajib melakukan pemeriksaan,” imbuhnya.
Dia menambahkan, data hasil pemeriksaan terhadap calon pengantin akan diinput ke dalam aplikasi Elsimil. Jika salah satu item berwarna merah, berarti belum memenuhi syarat.
“Kami tidak melarang menikah, tapi jangan hamil dulu. Jadi diberikan waktu minimal 3 bulan bagi calon ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi, vitamin sampai sehat dulu baru programkan untuk hamil. Dengan demikian hamil direncanakan dan anak disiapkan,” tukasnya. (SM)