MANOKWARI – Pada pekan lalu, sejumlah di Manokwari melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. PTM terbatas dilakukan setelah ada permintaan orang tua murid dan komite sekolah.
Pandemik Covid-19 menjadi kendala dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka. Selama pandemik Covid-19, sekolah-sekolah tidak dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran atap muka dialihkan ke pembelajaran secara daring.
Namun, banyak orang tua murid terkendala saat anaknya mengikuti pembelajaran secara daring. Bahkan, guru-guru juga mengeluhkan pembelajaran secara daring.
“Jadi memang kita berbicara belajar tatap muka terbatas ini akibat dari Covid ini membuat banyak hal yang jadi kendala. Yang pertama, orang tua sudah melaporkan di dinas, ‘Bapak izin kami mau supaya sekolah di mana anak kami sekolah harus belajar tatap muka’. Saya tanya kenapa? ‘Bapak, kami sudah tidak sanggup beli pulsa setiap hari’. Kemudian anak-anak yang tadinya pintar membaca, menulis, bahkan berhitung itu sudah tidak bisa itu lagi,” tutur Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Manokwari, Martinus Dowansiba, menirukan keluhan orang tua murid kepadanya.
Menurut Dowansiba, keluhan tersebut merupakan kenyataan yang dihadapi orang tua murid.
“Nah memang ini hal yang sangat rumit bagi kita dan ini kejadian atau kenyataan yang betul-betul kita alami bahkan orang tua juga, guru juga bahkan menyampaikan seperti itu, bahwa setiap hari kasih modul dan lain sebagainya atau ada yang tidak masuk dia yang harus antar soal ke rumah. Nah ini memang sebuah kenyataan yang menjadi permasalahan juga,” katanya.
Dengan pertimbangan itu, lanjut Dowansiba, para orang tua murid, komite sekolah dan pihak sekolah meminta untuk melaksanakan PTM terbatas. Namun dia meminta agar PTM terbatas dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat.
“Nah sehingga dengan demikian, maka ada orang tua yang ambil keputusan dan juga dengan ketua komite dan kepala sekolah. Oke, kalau sudah seperti itu, maka diutamakan adalah prokes. Prokes ini harus betul-betul diperhatikan. Misalnya pada saat belajar tatap muka terbatas maksimasl dua jam saja. Jadi belajar sift, mungkin sift pertama berapa siswa, terus sift kedua lagi jadi tidak ada jam istirahat. Jadi memang terkait dengan hal ini ada kepala-kepala sekolah yang sudah mendahului untuk belajar tatap muka terbatas itu,” pungkasnya. (SM7)