MANOKWARI, – Sejak tahun 2017 mahasiswa STIH Caritas Papua mengikuti lomba debat. Dari lomba debat yang diikuti, mahasiswa STIEH Caritas Papua selalu meraih juara, baik sebagai juara I maupun juara II.
Ketua STIH Caritas Papua, Roberth KR Hammara, mengatakan pada tahun 2018 mahasiswa STIH Caritas Papua mengikuti lomba debat tentang konstitusi tingkat provinsi dan meraih juara II. Saat itu STIH kalah dari Universitas Papua (Unipa).
“Lomba debat itu kemudian menjadi pelajaran dan sejak tahun lalu kita bentuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) debat untuk membina mahasiswa STIH Caritas Papua dan STIE Mah-Eisa agar terbiasa berdebat,” ungkap Hammar.
Tahun lalu, lanjut Hammar, dalam rangka Dies Natalis pihaknya melaksanakan lomba debat yang diikuti hampir semua kampus di Manokwari dan mahasiswa STIH Caritas Papua keluar sebagai juara I. Tahun lalu juga mahasiswa STIH Caritas Papua mengikuti lomba debat di Unipa yang juga diikuti semua kampus dan STIH Caritas Papua meraih juara II.
Dan tahun ini, menurut Hammar, mahasiswa STIH Caritas Papua kembali mengikuti lomba debat Presma Unipa Cup khusus untuk mahasiswa angkatan 2022/2023 dan meraih juara I.
Hammar mengatakan, sejak dua tahun lalu dirinya mendorong mahasiswa untuk berlatih berbicara dan berdiskusi mengeluarkan pendapat dan pikiran. Dorongan itu membuahkan hasil dalam sejumlah lomba debat yang diikuti mahasiswa.
“Dari tiga kejuaraan yang diikuti, utusan dari STIH Caritas Papua berbeda-beda, hanya satu mahasiswa saja yang sama. Ini menandakan bahwa di dalam kelas setiap semester sudah ada pemerataan, tidak yang lebih menonjol tapi semua mempunyai kemampuan untuk berbicara,” sebutnya.
Hal itu lantaran dirinya selalu menekankan kepada mahasiswa bahwa mahasiswa hukum selain menguasai aturan-aturan dengan baik, harus juga punya kemampuan berkomunikasi yang baik. Tanpa kemampuan bekomunikasi yang baik di sidang-sidang bisa saja tidak berhasil meyakinkan hakim untuk memutuskan perkara atau tidak dapat meyakinkan orang-orang yang diajak bernegosiasi atau tidak mampu menjadi mediator.
“Saya pikir lomba debat itu bagus, sehingga kalau ada yang buat lomba debat kami akan ikut terus. Memang satu debat yang kami kalah jauh adalah debat bahasa Inggris. Itu jadi PR bagi kami dan saya minta mereka mengikuti kursus bahasa Inggris agar ada mahasiswa yang bisa mengikuti debat bahasa Inggris. Target kita bukan soal juara tapi saya ingin mahasiswa bisa ikut agar ada perubahan paradigma dan sikap mahasiswa secara keseluruhan di kampus, tapi kalau kemudian juara kenapa tidak,” ungkapnya.
Selain debat, lanjut Hammar, pihaknya juga akan membangkitkan kembali kemampuan mahasiswa di bidang olahraga dan seni. Untuk itu akan disiapkan peralatan untuk band dan paduan suara. Dengan begitu, diharapkan kampus yang akan menjadi Universitas Caitas Indonesia tersebut menghasilkan orang-orang yang tidak hanya punya kemampuan di bidang akademik, tapi juga di bidang olahraga dan seni.
“Maka itu sejak dua tahun terakhir di kampus ini ada mata kuliah wajib namanya seni dan estetika, semua prodi harus belajar tentang seni dan estetika dengan fokus adalah seni suara. Kita tidak hanya memberikan teori tapi juga praktik. Jadi teorinya di semester genap, praktik di semester ganjil,” terangnya.
Hammar menambahkan, hal itu dilakukan agar mahasiswa tidak hanya mengejar kemampuan hardskill saja, tetapi juga softskill guna mampu berkompetisi dengan mhasisiwa dari kampus lain juga hebat-hebat. Untuk itu, STIH Caritas Papua mengimbangi kehebatan mahasiswa dari kampus lain dengan latihan-latihan yang periodik dan berkelanjutan. “Itu yang kita lakukan sebagai ciri pembeda kampus ini dengann kampus lain,,” tukasnya. (SM7)