MANOKWARI – Wacana Pemkab Manokwari mengganti mie instan dengan pangan lokal seperti sayur dan ikan dalam pendistribusian bantuan bahan kebutuhan pokok (bapok) tidak terlaksana. Itu karena ada risiko kebocoran anggaran.
Koordinator Bidang Logistik Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Manokwari, Wanto, mengatakan, setelah mengkaji kelebihan dan kekurangannya, pihaknya agak riskan jika mengganti mie instan dengan pangan lokal seperti ikan dan sayur.
“Riskan karena apa, kalau mie instan misalnya (seharga) Rp 100 ribu diganti dengan kupon untuk mengambil sayur dan ikan, ada peluang terjadi kebocoran anggaran. Saya khawatirnya kalau seandainya ada kupon katakanlah kupon dipilah-pilah menjadi 10 kupon, yang setiap kupon harganya Rp 10 ribu dan Rp 5 ribu, jika ada 10 kupon dikali dengan penerima bantuan sebanyak 18 ribu lebih, maka akan tersebar berapa banyak kupon di Kota Manokwari,” katanya di Posko Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Manokwari, Selasa (23/6/2020).
Menurutnya, jika uang saja sudah bisa dipalsukan apalagi kupon. “Saya khawatirnya begini, uang Rupiah yang 100 ribu atau 50 ribu bisa dipalsukan apalagi cuma kupon yang kecil ini. Ini yang saya khawatirkan ada kebocoran,” ungkapnya.
Oleh karena itu, menurut Wanto, harus dikaji lagi dengan melibatkan banyak pihak termasuk perbankan, sehingga ada proteksi yang lebih memadai. Untuk itu, dengan mempertimbangkan aspek keamanan, pada penyaluran kedua ini tetap ada mie instan.
“Maaf, kami belum bisa mengambil keputusan bahwa wacana yang pernah kami kembangkan sendiri, kemudian kami tarik kembali karena masih mempertimbangkan keamanan. Kami merasa ngeri bahwa jika terjadi pemalsuan kupon, misalnya 1.000 kupon saja, kebocoran untuk APBD ngeri. Nah, karena tidak ada jaminan atau proteksi yang cukup memadai, kami tidak berani untuk mencoba karena ini bukan barang uji coba tetapi terkait dengan APBD yang konsekuensinya pasti cukup berat kalau terjadi kebocoran dan ada kerugian negara,” tukasnya. (SM7)