Manokwari – Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Caritas Papua dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mah Eisa Manokwari segera digabung menjadi Universitas Caritas Indonesia. Saat ini pihak yayasan tinggal menerima SK terkait pendirian universitas tersebut.
Ketua STIH Caritas Papua, Prof. Dr. Roberth KR Hammar, SH, M.Hum, MM, CLA, mengatakan semua proses sudah dilalui dan SK sudah diterbitkan. Karena itu, dalam tahun ini juga pihaknya membuka pendaftaran penerimaan mahasiswa baru.
Menurutnya, Universitas Caritas Indonesia memiliki lima program studi (Prodi) yakni Prodi Hukum, Manajemen, Sains Kelautan, Ilmu Lingkungan, dan Prodi Rekayasa Kehutanan.
Untuk tiga Prodi baru yakni Sains Kelautan, Ilmu Lingkungan, dan Rekayasa Kehutanan masing-masing sudah mempunyai lima orang dosen. Bahkan Prodi Ilmu Lingkungan sudah memiliki satu tenaga doktor.
“Untuk mengejar akreditasi unggul, tiga prodi ini yang digenjot karena belum punya sumber daya dosen yang memadai. Namun untuk pendirian universitas tiga prodi ini sudah memenuhi akreditasi standar yakni sudah terakreditasi. Tiga prodi ini sudah memenuhi lembaga akreditasi mandiri,” ungkap Hammar.
Sementara untuk dua Prodi lama yakni Prodi Hukum dan Manajemen, kata Hammar, sudah sangat siap dengan tenaga dosen bergelar doktor di masing-masing Prodi sudah lebih dari 10 orang.
“Itu sudah sangat layak. Tinggal yang didorong itu penelitian, pengabdian pada masyarakat, dan dipublish pada jurnal terakreditasi nasional dan internasional. Untuk target akreditasi dua prodi yang lama ini paling lama 2026 sudah harus terakreditasi unggul. Sementara untuk tiga prodi baru kita perlu melalui tahapan-tahapan dan butuh waktu karena harus punya tenaga doktor juga,” katanya.
Hammar menuturkan bahwa persiapan pendirian Universitas Caritas Indonesia sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Salah satunya menyiapkan sumber daya dosen.
“Hal-hal yang mengarah pada kualitas pun sudah diubah. Kita mulai dengan membuat rencana pembelajaran yang memuat berbagai hal seperti studi kasus, praktik, prototype, untuk membuat mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik,” sebutnya.
Harusnya, lanjut Hammar, pihaknya saat ini sudah menerima pendaftaran mahasiswa baru. Namun itu belum dilakukan karena pihaknya belum menerima SK.
“SK sudah diproses dan sudah jadi, namun belum diterima. Jika SK diterima pada akhir Maret, SMA sudah selesai ujian, kita ruginya di situ. Tetapi tidak apa-apa, kita akan tetap buka pendaftaran mahasiswa untuk lima prodi ini sampai dengan Agustus dan September untuk tahap I,” katanya.
Hammar menambahkan bahwa pihaknya mengupayakan agar memperoleh beasiswa dari pemerintah untuk masing-masing Prodi sebanyak 100 orang. Pada tahun ini, STIH Caritas Papua dan STIE Mah Eisa mendapat alokasi beasiswa untuk 200 lebih mahasiswa, namun hanya 70 mahasiswa yang memenuhi syarat.
“Kita berharap pada mahasiswa baru nanti lebih banyak yang memenuhi syarat untuk memperoleh beasiswa dari pemerintah. Selain beasiswa dari pemerintah, ada juga beasiswa dari yayasan. Syarat penerima beasiswa ini adalah punya perhatian terhadap kampus baik di bidang seni, olahraga, maupun kegiatan kemahasiswaan lainnya,” tukasnya. (SM7)