MANOKWARI – Karantina terpusat sulit dilakukan di daerah yang “kental” dengan adat, termasuk di Distrik Warmare. Namun, bukan mustahil untuk mewujudkannya jika dilakukan dengan pendekatan yang benar.
Ketua Gugus Tugas COVID-19 Distrik Warmare, dr. Alwan Rimosan, menuturkan, setelah membentuk gugus tugas distrik, dibentuk pula kampung-kampung siaga COVID-19.
“Setelah itu, dengan anggaran dari alokasi dana kampung (ADK) kita buat baliho, siapkan tempat cuci tangan pakai sabun, dan pengadaan alat-alat pembersih,” katanya kepada wartawan di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari.
Namun, katanya, setelah itu sosialisasi dan penguatan lanjutan ke kampung-kampung terputus. Oleh karena itu, dia beeharap kampung-kampung siaga menyiapkan tempat karantina mandiri untuk orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP), dan pasien dalam pengawasan (PDP) dengan gejala ringan.
Tapi di Warmare, saya rasa kita sudah diskusi karena memang adat atau bagaimana kita susah untuk melakukan karantina terpusat.
Untuk merealisasikan karantina terpusat sulit, namun dia yakin bisa. Sebab, melihat Kabupaten Teluk Bintuni yang juga kental dengan adat dan budaya, mereka bisa lakukan itu (karantina terpusat).
“Harusnya kita di sini juga bisa. Artinya dilihat struktur suku yang hampir sama,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurutnya, upaya-upaya untuk mewujudkan karantina terpusat terus dilakukan. Upaya dilakukan dengan pendekatan atau menggunakan bahasa daerah dan melibatkan tokoh agama, tokoh-tokoh suku.
“Kita terus berupaya agar minimal ada satu kampung sebagai contoh untuk bikin isolasi mandiri terpusat di situ,” tukasnya. (SM7)