PEGUNUNGAN ARFAK – Hasil seleksi CPNS Formasi tahun 2018, Kabupaten Pegunungan Arfak telah diumumkan. Namun, sampai saat ini terus mendapat penolakan karena terkesan tidak ada keperpihakan kepada Orang Asli Papua (OAP).
Ketua tim pencari kerja Kabupaten Pegunungan Arfak, Joni Ailley, membeberkan pengumuman seleksi yang disampaikan membuat anak asli Arfak kecewa.
“Selaku ketua tim pencari kerja Pegaf saya melihat hasil CPNS tidak sesuai. Kita lihat saja kuota untuk SMA saja 100 persen terbalik untuk orang pendatang. Sebenarnya tidak usah dibawa dari luar karena SMA itu orang Arfak. Ini yang buat masyarakat emosi,” jelas Joni, Sabtu (1/8/2020).
Ia menilai ada kejangalan karena dalam pemantauan nilai rendah yang dinyatakan lulus.
“Untuk nilai, Pemerintah daerah ungkapkan pusat tentukan tapi terbalik karena diumumkan itu nilai dibawa yang lulus, sedangkan tertinggi jatuh. Ini yang membuat emosi pencari kerja sehingga mereka demo. Saat saya berbicara juga masih palang 2 titik di distrik Anggi gida dan Minyambouw,” tambahnya.
Dirinya meminta kebijakan pemerintah untuk menambah jumlah kuota kepada 10 distrik dan 166 kampung yang tersebar, karena pengumuman seleksi yang disampaikan malah terbalik 20 untuk OAP dan 80 non OAP.
“Kami kecewa dengan hasil ini, sampai di Pegaf ada kampung yang tidak dapat sama sekali padahal anak Arfak sendiri yang pimpin tapi tidak bisa perhatikan,” tandasnya, seraya menambahkan agar penerimaan CPNS 2019/2020 diberikan khusus untuk OAP, jika tidak maka Pemilukada di Pegunungan Arfak akan dipending.
Dalam kesempatan tersebut, Joni menunjukan surat usulan yang pernah dirapatkan bersama pemerintah Pegaf. (SM4)