MANOKWARI – Ahmad Sandi, Bocah tiga Tahun itu terombang ambing di tepi laut dekat pantai BLK, empat jam setelah Ibu dan kakaknya ditemukan pada Senin (21/02/2022).
Saat sebagian warga mendatangi tempat kejadian ditemukan jasad Ratna tergelantung dengan tali nilon dilehernya, mereka penasaran ingin melihat lokasi.
Terjadi percakapan antara warga di lokasi kejadian saat itu, terdengar suara yang menimpali dalam kerumunan warga, bahwa Suami korban baru tiba pagi saat informasi penemuan mayat tersebar di jagat Maya.
“Suaminya ada di rumah Ibu Haji di Marampa, kita harus ke sana agar menanyakan apakah anaknya [Sandi] ada bersama dia atau tidak,” ujar seorang perempuan muda menggunakan kaos merah, yang belakangan diketahui tetangga Ratna, di Swapen perkebunan.
Sambil mengobrol ngalor-ngidul ala emak-emak yang juga terdapat beberapa kaum pria yang turut berada di situ, seorang warga kemudian memecah suasana obrolan warga lain di tepi pantai dengan Soa-soa yang disebut dalam bahasa latin sebagai Hydrosaurus Aboinensis atau jenis biawak yang berada diatas beton, pagar dekat dengan pohon Ratna tergelantung.
“Ah ini kayaknya petunjuk ini, coba perhatikan Soa soa itu mengarahkan kepalanya,” timpal seoarng bapak melihat arah kepala biawak itu ke laut.
Berselang beberapa menit saat rombongan warga mulai kembali ke depan, menyusuri pantai dibalik pagar pembatas BLK, sembari berjalan beriringan, seorang warga menunjuk sendal jepit merah yang berada di sisi pagar dengan posisi bagian telapak saling berhadapan.
“Ini sendal mama Ona, saya kenal sio kasihan kok sendal rapi sekali ditinggalkan disini,” sambung Perempuan yang merupakan tetangga korban, sambil memotret dan meminta jangan ada yang menyentuh sembari menunggu polisi.
Sendal Jepit diduga milik Almarhumah Ratna, nampak tidak jauh dari lokasi ditemukan mayat. Sendal jepit kini jadi barang bukti di Kepolisian
Sesampai didepan tempat parkiran motor, sekitar 200 meter dari lokasi penemuan mayat, terdengar suara teriakan warga lain, bahwa ada seorang bocah yang terapung. Sontak rombongan warga berlarian ke tempat semula.
Bocah itu sedang terapung diatas air yang kian surut dengan bagian wajah menghadap tanah, sesekali dibalik gelombang kecil sehingga wajahnya menghadap ke arah langit.
Suara tangisan dari para Ibu-ibu mulai pecah’ menyaksikan anak tidak berdosa itu terapung dalam keadaan tidak bernyawa. Wajah mungil dan sekujur tubuhnya tampak kaku.
Berselang beberapa menit, seorang Pria berambut gondrong bersama dengan kerabatnya menuju kerumunan warga, ia sontak melibat kaki celana lalu mengangkat bocah itu dari dalam air laut.
Bocah Sandi kemudian diserahkan ke pria lain yang menggenakan seragam loreng, ditangannya memboyong sandi sembari berlarian menuju tempat parkiran.
Bocah itu terus mengeluarkan busa dari mulutnya saat dibawa pria berseragam loreng menuju sebuah kendaraan roda empat lalu selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit dr. Al Azhar milik TNI AL berada tidak jauh dari BLK.
Saat mobil yang mengangkut jasad Sandi sudah berada di rumah sakit, baru muncul mobil bertuliskan INAFIS Polisi tiba di lokasi, warga yang berada di lokasi sontak meluapkan emosinya ke aparat yang baru tiba.
“Kam [kamu] kerja apa, warga sudah temukan mayat, Kam baru tiba,” ujar Yana Rumsayor perempuan Papua yang mengaku bocah yang baru ditemukan itu keluarganya yang asuh.
Bocah itu kemudian sempat diperiksa secara medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD), rumah sakit Fasharkan TNI AL, sesaat kemudian diantar mobil jenazah ke kamar Mayat, bergabung dengan kakaknya PF atau Putri Fadila dengan ibunya.
Belakangan, Jafri Musa suami korban mengaku, dia berada di Marampa Sowi, dirumah Haji, masih kerabat dekat Basal Tidore, Maluku Utara.
Jafri mengetahui kabar duka dari Haji, sang pemilik rumah yang ia tumpangi, saat ditelpon tetangga rumahnya.
“Kabar duka ini saya dengar dari Haji dirumah, dia ditelpon sama tetangga bukan ke saya,” tutur Jafri Rabu (23/02/2022).
“Dia sering mengancam bunuh diri kalau ada masalah rumah tangga, saya anggap biasa saja karna sejak di Ternate begitu, makanya saat Istri saya telpon mengancam bunuh diri dan bunuh anak-anak, saya anggap itu Humor, tapi tidak disangka-sangka dia nekat,” kata Jafri Musa di Polsek Sanggeng.
Jafri mengaku meninggalkan rumah dua hari sejak ditemukan istri dan kedua anaknya tak bernyawa, karena ia diusir oleh Istrinya.
“Dia usir saya karena dari pagi sampai malam, karna setiap hari marah-marah torang bosan to, tong pusing. Karna tidak biasanya begitu ya, karena mungkin yaa saya keluar dari rumah cuma menghindar saja,” tutur Jafri yang dikerumuni wartawan.
Jafri pun mengaku, istrinya tidak punya kebiasaan nekat dalam mengambil sebuah tindakan, meski ia menyebut kebiasaan mengancam bunuh diri sudah sejak mereka berumah tangga.
“Saya pernah pergi kasih tinggal rumah sebulan, tapi tidak apa-apa, jadi saya anggap itu bertengkar biasa,” tuturnya sembari menapik bahwa ada dugaan adanya hubungan perselingkuhan saat ditanya wartawan.
Safri mengaku menyesal, mengapa kedua anaknya turut jadi korban.
“Kalau menyesal saya tetap menyesal, cuma agak kecewa juga, kenapa anak dua juga diabawa anak ada salah apa begitu,”ucapnya. (SM)